Sunday, November 13, 2011

IX. KITAB TENTANG WAKTU-WAKTU SHALAT




BAB 1.      Keutamaan mengerjakan shalat pada waktunya

325.        Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Anshari : Suatu ketika di Irak, Al-Mughirah bin Syu’bah mengakhhirkan waktu shalatnya, aku menemuinya dan berkata, “Wahai Mughirah! Apa-apaan ini? Bukankah anda tahu pada suatu saat Jibril datang dan mengerjakan shalat (subuh) dan Rasulullah Saw pun mengerjakan shalat, lalu Jibril kembali mengerjakan shalat (zuhur) dan Rasulullah Saw mengerjakan shalat (zuhur) pula, lalu Jibril mengerjakan shalat (ashar) dan Rasulullah Saw mengerjakan shalat yang sama ; setelah itu Jibril mengerjakan shalat (maghrib) begitu pula Rasulullah Saw mengerjakan shalat (maghrib), lalu Jibril mengerjakan shalat (isya’) dan begitu pula Rasulullah Saw mengerjakan shalat (isya’) dan Jibril berkata, ‘Aku diperintahkan mengerjakannya seperti itu (untuk memperlihatkan shalat yang diperintahkan kepadamu)?”’ [1:500-S.A.]

BAB 2.      Shalat adalah kiffarah

326.        Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a : Pada suatu hari kami duduk bersama ‘Umar r.a dan ia berkata, “Siapa diantara kalian yang ingat pada sabda Rasulullah Saw tentang fitnah?” Aku berkata, “Aku tahu persis seperti yang pernah dikatakan Nabi Saw.” ‘Umar berkata, “Tak ada yang meragukan ketegasanmu.” Aku berkata, “Fitnah bagi seorang laki-laki adalah istrinya, uang, anak-anak, dan tetangganya dan kiffarah-nya adalah shalat, puasa, shadaqah, dan menganjurkan perbuatan la-ma’ruf (tawhid dan mengerjakan seluruh perintah Allah) dan mencegah al-munkar (kafir, menyembah lebih dari satu Tuhan, dan mengerjakan semua larangan Allah).” ‘Umar bekata, “Yang aku maksud bukan hal itu, tetapi yang kumaksud adalah fitnah yang menyebar seperti gelombang lautan.” Aku (Hudzaifah r.a) berkata, “Wahai Amir Al-Mu’minin! Kau tidak perlu takut terhadapnya, sebab terdapat pintu yang terkunci antara anda dan fitnah itu.” ‘Umar bertanya, “Akankah pintu itu jebol atau terbuka?” Aku menjawab, “Pintu akan jebol.” ‘Umar berkata, “Jika demikian, tidak akan pernah tertutup kembali?” Aku ditanya apakah ‘Umar tahu tentang pintu itu. Aku jawab bahwa ‘Umar tahu tentang hal itu sebagaimana ia tahu akan terdapat malam sebelum pagi hari. Aku meriwayatkan sebuah hadis yang bebas dari salah tafsir. (Perawi lain hadis ini menambahkan bahwa mereka mengutus Masruq untuk bertanya kepada Hudzaifah perihal pintu itu. Hudzaifah menjawab, “Pintu itu adalah ‘Umar.” [1:503-S.A.] 

327.        Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud r.a : Seorang laki-laki mencium seorang perempuan (secara tidak sah) lalu menemui Rasulullah Saw dan memberitahukan hal itu kepada Nabi Saw. Maka wahyu Allah pun turun : Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung hari, dan pada permulaan malam hari. Sungguh perbuatan yang baik menghapuskan (dosa) perbuatan yang jahat. Itulah peringatan bagi orang yang ingat (akan Tuhan-nya). (QS Hud [11] : 114). Laki-laki itu bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah perintah itu khusus untukku?” Nabi Saw menjawab, “Perintah itu untuk semua umatku (yang menghadapi masalah serupa).” [1:504-S.A.]
328.        Didalam riwayat lain ‘Abdullah bin Mas’ud berkata : “Perintah itu untuk mereka dari umatku yang melakukan dosa diatas (mwncium perempuan secara tidak sah).” [1:504-S.A.]

BAB 3.      Keutamaan mengerjakan shalat pada waktu yang telah ditentukan

329.        Diriwayatkan dari (‘Abdullah bin Mas’ud) r.a : Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. “Perbuatan apa yang paling disukai Allah?” Nabi Saw menjawab, “mengerjakan shalat pada waktu yang telah ditentukan.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Nabi Saw menjawab, “Berbuat baik dan berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Nabi Saw menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (‘Abdullah) menambahkan, “Semua ini dikatakan Rasulullah Saw dan seandainya aku bertanya lebih jauh, tentulah akan lebih banyak lagi yang dikatakan Nabi Saw.” [1:505-S.A.]

BAB 4.      Shalat lima waktu adalah kiffarah

330.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Seandainya ada sebuah sungai di depan rumah salah seorang dari kamu dan ia mandi disana lima kali sehari, apakah menurut kamu masih ada kotoran yang tersisa dari tubuhnya?” Mereka berkata, “Tidak akan ada sedikitpun kotoran yang tersisa di tubuhnya.” Nabi Muhammad Saw menambahkan, “Ini adalah ibarat (mengerjakan) shalat lima waktu menghapus perbuatan yang jahat (dosa).” [1:506-S.A.]

BAB 5.      Shalat adalah percakapan pribadi seorang hamba dengan Tuhannya

331.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Lakukan sujud dengan sempurna dan janganlah lenganmu menyentuh tanah seperti seekor anjing. Dan jika kamu ingin meludah, janganlah meludah kedepanmu, begitu pula kesamping kananmu karena orang yang sedang mengerjakan shalat sedang bercakap-cakap secara pribadi dengan Tuhannya.” [1:509-S.A.]

BAB 6.      Dalam cuaca yang sangat panas, shalat zuhur dikerjakan setelah cuaca agak teduh

332.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Dalam cuaca yang sangat panas tundalah shalat zuhur hingga cuaca agak lebih teduh karena cuaca yang sangat panas berasal dari amukan api neraka. Api neraka mengeluhkan hal itu kepada Tuhannya : Tuhanku! Tubuhku saling menghancurkan satu sama lain. Maka Allah mengijinkan ia bernapas dua kali, sekali di musim dingin dan sekali di musim panas. Napasnya di musim panas adalah ketika kau merasakan hawa panas yang hebat, dan napasnya di musim dingin adalah ketika kau merasakan hawa dingin yang hebat.” [1:512-S.A.]
333.        Diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghiffari r.a : Kami sedang bersama Rasulullah Saw dalam sebuah perjalanan dan muazzin akan mengumandangkan adzan untuk shalat zuhur. Nabi Saw Muhammad Saw bersabda, “Tunggulah hingga cuaca lebih teduh.” Kembali ia (muazzin) hendak mengumandangkan adzan tetapi Nabi Saw bersabda kepadanya, “Tunggulah hingga cuaca agak teduh hingga bayangan bukit terlihat.” Nabi Muhammad Saw menambahkan, “Hawa panas yang hebat berasal dari amukan api neraka, dan dalam cuaca yang sangat panas, shalat zuhurlah ketika cuaca mulai agak teduh.” [1:514-S.A.]

BAB 7.      Waktu shalat zuhur adalah ketika matahari tergelincir (beberapa saat setelah tengah hari)

334.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah Saw datang ketika matahari tergelincir pada tengah hari dan mengerjakan shalat zuhur. Kemudian nabi Muhammad Saw berdiri diatas mimbar dan berbicara tentang hari kiamat dan mengingatkan tentang betapa dahsyatnya hari itu. Kemudia Nabi Saw bersabda, “Siapapun yang ingin bertanya tentang perkara apapun, bertanyalah selama aku masih di tempatku.” Kebanyakan orang menangis dan Nabi Saw mengulang perkataannya, “Bertanyalah.” ‘Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi bangkit dan berkata, “Siapakah ayahku?” Nabi Saw bersabda, “Ayahmu adalah Hudzafah.” Nabi Saw mengulang perkataannya, “Bertanyalah.” ‘Umar berlutut di depannya dan bertanya, “Kami ridha Allah menjadi Tuhan kami, Islam menjadi agama kami, dan Muhammad Saw sebagai Nabi kami.” Nabi Saw terdiam sesaat dan berkata, “Beberapa saat yang lalu surga dan neraka diperlihatkan kepadaku diatas dinding ini dan aku belum pernah melihat yang lebih baik dari (yang disebut pertama) dan belum pernah melihat yang lebih buruk dari (yang disebut terakhir).” Sebagian hadis ini dimasukkan kedalam hadis ilmu pengetahuan (lihat hadis no. 81), diriwayatkan dari Abu Musa dengan tambahan dan kata-kata yang berbeda. [1:515-S.A.] 
335.        (Diriwayatkan dari Abu Al-Minhal) : Abu Barzah pernah berkata : Nabi Muhammad Saw biasa mengerjakan shalat subuh dengan membaca antar 60 hingga 100 ayat Al-Qur’an. Nabi Saw mengerjakan zuhur segera setelah matahari tergelincir dan mengerjakan shalat ashar pada saat ketika seseorang dapat pulang pergi dari tempat terjauh di Madinah dan menemukan matahari masih panas. (Perawi hadis ini lupa apa yang dikatakan tentang bagaimana Rasulullah Saw mengerjakan shalat maghrib). Nabi Saw tidak keberatan untuk menunda shalat isya’ hingga satu pertiga (pertama malam hari) atau hingga tengah malam. [1:516-S.A.]

BAB 8.      Mengakhirkan shalat zuhur hingga waktu ashar

336.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : “Nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat delapan rakaat untuk shalat zuhur dan dan ashar, dan tujuh rakaat untuk maghrib dan isya’.” [1:518-S.A.]

BAB 9.      Waktu shalat ashar

337.        Hadis dari Abu Barzah r.a (no. 335), terdapat sebuah pernyataan tentang waktu shalat tetapi di dalam hadis ini, ketika menyinggung tentang shalat isya’, dikatakan bahwa Nabi Saw tidak menyukai tidur sebelum (mengerjakan shalat isya’) dan berbicara sesudah (mengerjakan shalat isya’). [1:522-S.A.]
338.        Diriwayatkan dari Anas (bin Malik) r.a : Kami mengerjakan shalat ashar, dan setelah itu apabila seseorang pergi berkunjung ke suku (puak) Amr bin Auf, ia akan menemukan bahwa mereka sedang mengerjakan shalat ashar. [1:523-S.A.]
339.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah Saw biasa mengerjakan shalat asahar pada saat matahari masih panas dan tinggi, dan jika seseorang pergi ke Al-‘Awali, Madinah, ketika ia sampai disana ia akan menemukan bahwa matahari masih tinggi. Sebagian orang mengatakan bahwa jarak antara Al-‘Awali, Madinah, dengan kota adalah empat mil. [1:525-S.A.]

BAB 10.    Orang yang kehilangan shalat ashar (dengan sengaja)

340.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Orang yang kehilangan shalat ashar karena kesengajaan bagaikan orang yang kehilangan keluarga dan harta kekayaannya.” [1:527-S.A.]

BAB 11.    Orang yang tidak nengerjakan shalat ashar (dengan sengaja)1

341.        Diriwayatkan dari Buraidah r.a : Pada suatu hari yang mendung shalat ashar dilakukan lebih awal sebagaimana pernah dikatakan nabi Muhammad Saw, “Orang yang sengaja tidak mengerjakan shalat ashar maka seluruh perbuatan baiknya hilang.”
342.        Diriwayatkan dari Jarir r.a : Kami sedang bersama Rasulullah Saw sambil melihat kearah bulan yang pada waktu itu sedang purnama Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu sebagaimana kamu melihat bulan (purnama) ini dan tak ada apapun yang menghalangimu ketika memandang-Nya. Maka jika dapat janganlah sampai kehilangan (karena tidur, kesibukan pekerjaan, dan sebagainya) shalat sebelum matahari terbit (subuh) dan shalat sebelum matahari terbenam (ashar).” Kemudian Nabi Saw membacakan firman Allah : Maka sabarlah menghadapi apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam (QS Qaf [50] : 39). [1:529-S.A]
343.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Para malaikat datang kepadamu pada pergantian malam dan siang dan mereka semua berkumpul pada waktu shalat subuh dan shalat ashar. Mereka yang melewatkan waktunya bersamamu (atau tinggal bersamamu) naik (kelangit) dan Allah bertanya kepada mereka, meskipun Dia tahu segala sesuatu tentang kamu, “Sedang apa hamba-hamba KU ketika kau tinggalkan?” Para malaikat menjawab: “Ketika kami meninggalkan mereka, mereka sedang mengerjakan shalat, dan ketika kami menemui mereka, mereka sedang mengerjakan shalat.” [1:530-S.A.]

BAB 13.    Orang yang hanya dapat mengerjakan satu rakaat shalat ashar sebelum matahari terbenam

344.        Diriwayatkan dari (Abu Hurairah) r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Jika salah seorang dari kalian memperoleh (atau hanya dapat mengerjakan) satu rakaat shalat ashar sebelum matahari terbenam, ia harus melengkapkan shalatnya. Apabila salah seorang dari kalian memperoleh (atau hanya dapat mengerjakan) satu rakaat shalat subuh, ia harus melengkapkan shalatnya.” [1:531-S.A.]
345.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar : Bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Masa hidup kalian dibandingkan dengan bangsa-bangsa terdahulu dapat diibaratkan dengan masa antara waktu shalat ashar dengan terbenamnya matahari. Ahli Taurat telah diberi Taurat dan mereka beribadah (dengan berpedoman terhadapnya) hingga tengah hari kemudian mereka letih dan masing-masing diberi satu qirath.. Ahli kitab (Injil) telah diberi Injil dan mereka beribadah (dengan berpedoman terhadapnya) hingga waktu ashar lalu mereka lelah dan mereka masing-masing diberi satu qirath. Kemudian kita diberi Al-Qur’an dan kita beribadah (dengan berpedoman terhadapnya) hingga waktu terbenamnya matahari, dan kita masing-masing diberi dua qirath. Para ahli kitab (Taurat dan Injil) berkata, ‘Tuhan kami! Engkau memberi mereka dua qirath sedangkan kami satu qirath, meskipun kami bekerja lebih keras dari mereka.’ Allah berkata, ‘Apakah aku telah mengurangi hak kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak’ Allah Swt berkata, ‘Itu adalah berkah-Ku yang Aku berikan kepada siapapun yang Aku kehendaki.’” [1:532-S.A.]

BAB 14.    Waktu shalat maghrib

346.        Diriwayatkan dari Rafi’ bin Khadij r.a : Kami mengerjakan shalat maghrib bersama Rasulullah Saw dan setelah selesai salah seorang dari kami pergi menjauh dan ia masih dapat kami lihat hingga (sebagai ibarat) anak panah seseorang yang dilepaskan dari busurnya masih dapat mencapainya. [1:534-S.A.]
347.        Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah r.a : Nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat zuhur pada tengah hari, shalat ashar pada saat matahari masih bersinar, shalat maghrib setelah matahari terbenam (pada waktu yang telah ditentukan) dan shalat isya’ dengan waktu yang beragam. Setiap kali Nabi Saw melihat orang-orang telah siap mengerjakan shalat isya’ maka Nabi Saw mengerjakan shalat isya’ lebih awal dan apabila orang-orang menundanya, maka Nabi Saw akan menunda shalatnya. Dan mereka atau Nabi Saw mengerjakan shalat subuh ketika hari masih gelap. [1:535-S.A]

BAB 15.    Tidak disukai menyebut shalat maghrib sebagai shalat isya’

348.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah Al-Muzani : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Janganlah terpengaruh dengan orang-orang Arab Badui yang menyebut shalat maghrib kalian dengan shalat isya’.” [1:538-S.A.]

BAB 16.    Keutamaan shalat isya’

349.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah Saw menunda (mengakhirkan) shalat isya’ dan itu terjadi ketika Islam masih belum tersebar. Nabi Muhammad Saw tidak keluar hingga ‘Umar memberitahu Nabi Saw bahwa para perempuan dan anak-anak telah tidur. Kemudian Nabi Saw keluar dan orang-orang tengah menunggu di dalam masjid, Nabi Saw bersabda, “Tidak ada satu pun penghuni bumi yang sedang menunggunya (shalat isya’) kecuali kalian.” [1:541-S.A.]
350.        Diriwayatkan dari Abu Musa r.a : Para sahabatku, yang datang bersamaku dengan menggunakan perahu dan mendarat di sebuah tempat yang disebut Baqi’ Buthhan. Pada waktu itu nabi Muhammad Saw berada di Madinah. Salah seorang dari kami pergi menemui Nabi Saw dan setiap malam kembali pada waktu isya’. Suatu ketika aku sendiri yang menemui Nabi Saw yang sedang di sibukkan dengan beberapa urusannya, maka shalat isya’ ditunda (diakhirkan) hingga tengah malam. Kemudian Nabi Saw keluar dan memimpin orang-orang (mengerjakan shalat). Setelah menyelesaikan shalatnya, Nabi Saw berbicara kepada orang-ornag yang hadir pada waktu itu, “Bersabarlah! Jangan dulu  beranjak. Ada kabar yang menggembirakan. Ini adalah nikmat Allah yang diturunkan kepadamu sebab tak seorangpun manusia yang sedang mengerjakan shalat pada saat ini kecuali kalian.” Atau Nabi Saw bersbda, “Pada saat ini tak seorangpun yang sedang mengerjakan shalat kecuali kalian.” Abu Musa menambahkan, “Maka kami pun pulang dengan gembira setelah mendengar (kabar yang menggembirakan) dari Rasulullah Saw.” [1:542-S.A.]

BAB 17.    Tidur sebelum shalat isya’

351.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Suatu ketika Rasulullah Saw menunda shalat isya’ nya hingga ‘Umar mengingatkan dengan berkata,”Shalatlah!” Ini adalah sebuah tambahan untuk hadis sebelumnya. ‘Aisyah lebih jauh menambahkan, “Nabi Saw mengerjakan shalat isya’ antara hilangnya senja dan akhir dari sepertiga pertama malam hari.”
Dalam sebuah hadis Ibn ‘Abbas mengatakan : “Nabi Muhammad Saw keluar (dari rumahnya), seakan-akan aku sedang melihatnya sekarang dan air masih menetes dari (rambut) kepalanya, lalu Nabi Saw meletakkan tangannya diatas kepalanya yang mulia sambil berkata, “Kalaulah tidak khawatir memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan umatku mengerjakan shalat isya’ pada saat ini.” [1:545-S.A.]
352.        Ibn ‘Abbas ditanya bagaimana Nabi Saw meletakkan tangannya diatas kepalanya yang mulia itu (hadis no. 351) : (Atha, perawi lain hadis ini) memperlihatkannya, dengan melebarkan jari-jemarinya dan meletakkan ujung-ujung jarinya pada pelipis kepalanya, menarik jari-jemari tangannya hingga ibu jarinya menyentuh punggung daun telinganya. Ia melakukan hal itu tidak dengan lambat ataupun terburu-buru. [1:545[B]-S.A.]

BAB 18.    Waktu shalat isya’ adalah hingga tengah malam

353.        Diriwayatkan dari Anas r.a (suatu ketika nabi Muhammad Saw menunda shalat isya’ hingga tengah malam…) dan menambahkan : “Seakan-akan aku melihat lingkaran cahaya pada cincin Nabi Saw pada malam itu.” [1:546-S.A]

BAB 19.    Keutamaan shalat subuh

354.        Diriwayatkan dari Abu Musa r.a : Rasulullah Saw pernah besabda, “Siapapun yang mengerjakan dua shalat yang dingin (ashar dan subuh) maka akan masuk surga.” [1:546-S.A.]

BAB 20.    Waktu shalat subuh

355.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Zaid bin sabit r.a berkata, “Kami sahur (makan sebelum datangnya fajar [imsak] pada bulan puasa) bersama nabi Muhammad Saw kemudian mengerjakan shalat subuh.” Aku bertanya berapa lama jarak antara dua hal itu (sahur dan mengerjakan shalat subuh). Ia menjawab, “Jarak yang cukup untuk membaca lima puluh atau enam puluh ayat Al-Qur’an.” [1:548-S.A.]
356.        Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d r.a : Aku sahur bersama keluargaku dan melambatkannya hingga datang waktu shalat subuh bersama Rasulullah Saw. [1:551-S.A.]

BAB 21.    Mengerjakan shalat (sunah) sesudah shalat subuh sebelum matahari terbit

357.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : Bersaksi orang-orang yang lurus dan saleh, dan diantara mereka yang paling aku cintai ‘Umar, “Sesungguhnya nabi Muhammad Saw melarang mengerjakan shalat (sunah) setelah subuh hingga matahari terbit dan mengerjakan shalat (sunah) setelah shalat ashar hingga matahari terbenam.” [1:555-S.A.]
358.        Ibn ‘Umar r.a berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Jangan mengerjakan shalat pada saat matahari terbit dan pada saat matahari terbenam.”’ [1:557(A)-S.A.]
359.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Rasulullah Saw bersabda, “Apabila tepian matahari muncul (diatas horison) tangguhkanlah shalat hingga ia menjadi lebih tinggi, dan jika tepian matahari tenggelam (kebawah horison) tangguhkanlah shalat hingga ia benar-benar tenggelam.” [1:557(B)-S.A.]
360.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah Saw melarang dua (macam) perniagaan, dua macam pakaian, dan dalam hadis ini ditambahkan, “Dua (macam) shalat.” Yaitu mengerjakan shalat setelah shalat subuh hingga terbitnya matahari dan mengerjakan shalat setelah shalat ashar hingga matahari terbenam. [1:558-S.A.]

BAB 22.    Jangan shalat sebelum matahari terbenam

361.        Diriwayatkan dari Mu’awiyah r.a : Anda mengerjakan yang tidak pernah kulihat Rasulullah Saw mengerjakannya ketika kami masih bersama dan telah pasti Nabi Saw melarangnya, yaitu shalat dua rakaat setelah shalat ashar.[1:561-S.A.]

BAB 23.    Shalat setelah ashar

362.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Demi Allah yang telah mewafatkan nabi Muhammad Saw. Nabi Saw tidak pernah meninggalkan (shalat dua rakaat) setelah shalat ashar sampai ia menemui Allah (wafat) dan Nabi Saw tidak menemui Allah (wafat) hingga telah berat baginya untuk mengerjakan shalat sambil berdiri, maka Nabi Saw mengerjakan sebagian besar shalatnya sambil duduk (yang dimaksudkan ‘Aisyah r.a adalah mengerjakan shalat dua rakaat setelah shalat ashar). Nabi Saw biasa mengerjakannya dirumah dan tidak pernah mengerjakannya di masjid agar tidak memberatkan umatnya karena Nabi Saw mencintai apa yang mudah bagi mereka. [1:563-S.A.]
363.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan (shalat) dua rakaat sebelum shalat subuh dan (shalat dua rakaat) setelah shalat ashar, baik secara diam-diam maupun terang-terangan. [1:566-S.A.]

BAB 24.    Azan setelah waktu shalat berlalu

364.        Diriwayatkan dari Abu Qatadah r.a : Pada suatu malam kami melakukan perjalanan bersama Rasulullah Saw dan sebagian orang berkata, “Kami ingin Rasulullah Saw beristirahat bersama kami pada saat-saat terakhir malam hari.” Nabi Saw bersabda, “Aku khawatir kalian tertidur dan kehilangan shalat subuh.” Bilal berkata, “Aku akan membangunkan anda.” Maka semuanya tertidur dan Bilal menyandarkan punggungnya pada rahilah-nya dan diapun tertidur nyenyak. Nabi Muhammad Saw terbangun ketika tepian matahari telah muncul dan berkata, “Wahai Bilal! Bagaimana dengan janjimu?” Bilal menjawab, “Aku belum pernah tidur selelap ini.” Nabi Saw bersabda, “Allah mengambil dan mengembalikan ruh mu kapanpun Dia mau. Wahai Bilal! Berdirilah dan azanlah.” Nabi Saw pun berwudhu dan ketika matahari semakin tinggi dan semakin terang, Nabi Saw berdiri dan mengerjakan shalat. [1:569-S.A.]

BAB 25.    Orang yang memimpin shalat setelah waktu shalat habis

365.        Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah : Pada suatu hari saat perang khandaq (perang parit) ‘Umar bin AL-Khaththab datang pada saat matahari telah terbenam sambil memaki-maki orang-orang kafir Quraisy, “Ya Rasulullah! Aku tidak dapat mengerjakan shalat ashar hingga matahari terbenam.” Nabi Saw bersabda, “Demi Allah! Begitu pula aku, belum mengerjakan shalat (ashar).” Maka kamipun pergi menuju Buthhan, lalu Nabi Saw berwudhu dan mengerjakan shalat ashar setelah matahari terbenam, kemudian mengerjakan shalat maghrib. [1:570-S.A.]

BAB 26.    Orang yang berlupa shalat harus segera mengerjakannya ketika ingat

366.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian lupa mengerjakan shalat, shalatlah segera ketika ia ingat (bahwa ia lupa mengerjakan shalat). Tak ada kiffarah (untuk kelupaan mengerjakan shalat) kecuali dengan mengerjakan shalat yang sama.” Kemudian Nabi Saw membacakan firman Allah berikut : Sungguh, Akulah Allah! Tiada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku (QS Thaha [20] : 14). [1:571-S.A.]

BAB 27.    Keutamaan menunggu shalat

367.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Rasulullah Saw bersabda, “Orang-orang dianggap sedang mengerjakan sepanjang mereka menunggu (untuk mengerjakan shalat).” [1:574-S.A.]

BAB 28.    Anjuran membagi makanan

368.        Didalam hadis (no. 96) disebutkan : (Setelah) disempurnakan dalam seratus tahun. Dalam hadis yang lain, Ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Terhitung sejak saat ini, tak seorangpun yang malam ini berada di permukaan bumi masih hidup setelah seratus tahun” ; Nabi Saw memaksudkan, “Abad itu (orang-orang yang hidup pada abad itu) semuanya akan mati.” [1:575-S.A.]
369.        Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Abi Bakar r.a : Sahabat-sahabat (dari kelompok) Ash-Shuffah adalah orang-orang miskin dan nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Siapapun yang memiliki untuk dua orang (saudaranya) harus mengundang orang ketiga dari mereka (sahabat-sahabat Ash-Shuffah). Dan siapapun yang memiliki makanan untuk empat orang, haruslah mengundang satu atau dua orang dari mereka.” Abu Bakar mengundang tiga orang dan Nabi Saw mengundang sepuluh orang dari mereka. (‘Abdurrahman menambahkan: ) ayahku, ibuku, dan aku sendiri berada disana (di dalam rumah). (Perawi hadis ini ragu apakah ‘Abdurrahman juga mengatakan, istriku dan pelayanku berkumpul di rumahku dan rumah Abu Bakar.”) Abu Bakar makan bersama Rasulullah Saw dan tetap berada disana hingga datang saatnya (dan mengerjakan) shalat isya’. Abu Bakar (setelah mengerjakan shalat isya’) kembali dan duduk bersama Nabi Saw hingga Nabi Saw mengambil makanannya dan kemudian Abu Bakar pulang kerumahnya setelah melewatkan sebagian besar waktu malamnya disana.
(Ketika tiba dirumahnya) istri Abu Bakar berkata, “Apa yang menahanmu dari tamu-tamu mu (atau tamumu)?” Abu Bakar berkata, “Apakah kau belum menjamunya?” Istrinya berkata, “Mereka menolak makan hingga kau datang. Makanan telah disajikan untuk mereka tetapi mereka menolak menyentuhnya.” (Abdurrahman) menambahkan : Aku pergi menghindar (takut pada kemarahan Abu Bakar) dan saat itu juga (Abu Bakar) memanggilku : “Wahai Ghuntsar (sebuah kata yang kasar) kemarilah!” Dan ia juga memanggilku dengan nama yang buruk dan memarahiku, kemudian berkata (kepada keluarganya), “Makanlah!” Lalu makan malam dihidangkan. Abu Bakar bersumpah untuk tidak menyentuh makanan itu. (Perawi hadis ini) menambahkan : Demi Allah, setiap kali salah seorang dari kami (diriku sendiri dan tamu-tamu dari sahabat-sahabat Ash-Shuffah) mengambil sesuatu dari makanan itu , makanan itu bertambah jumlahnya. Kami semua makan mengisi (perut)  kami dan makanan itu bertambah banyak dibandingkan dengan ketika pertama kali makanan itu dihidangkan. Ia (Abu Bakar) berkata kepada isttrinya, “Wahai saudara suku Firas! Apa ini?” Ia menjawab, “Wahai cahaya mataku! Makanan itu sekarang tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pertama kali dihidangkan.” Abu Bakar pun menyantap makanan itu dan berkata, “Sumpah itu dari setan,” yaitu sumpahnya untuk tidak memakan makanan itu. Kemudian ia mengambil segenggam penuh (makanan itu) dan membawa sisanya kepada nabi Muhammad Saw. Maka mereka berdua memakannya.
Ada satu perjanjian (kesepakatan) diantara kami dengan sebagian orang, dan ketika masa perjanjian itu berakhir, nabi Muhammad Saw membagi kami kedalam dua belas kelompok (sahabat Nabi Saw) yang masing-masing dipimpin oleh seorang laki-laki. Hanya Allah yang tahu berapa banyak orang yang berada dibawah masing-masing kelompok itu (dua belas kelompok laki-laki) menyantap makanan itu. [1:576-S.A.] []

No comments:

Post a Comment