Sunday, November 13, 2011

XVI. KITAB TENTANG SHALAT GERHANA MATAHARI




BAB 1.      Shalat gerhana matahari (kusuf)

561.        Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a : Kami tengah bersama Rasulullah Saw ketika terjadi gerhana matahari. Rasulullah Saw berdiri menarik jubahnya hingga masuk kedalam masjid. Nabi Muhammad Saw memimpin kami shalat dua rakaat sampai matahari kembali bercahaya. Lalu Nabi Saw bersabda, “Gerhana matahari dan gerhana bulan terjadi bukan disebabkan oleh kematian seseorang. Maka siapapun yang menyaksikan (dua) shalatlah dan berdoalah kepada Allah hingga gerhana usai.”
Pada kutipan hadis lain Nabi Saw bersabda, “Tetapi dengan gerhana ini, Allah membuat para hamba-Nya takut.”
Hadis tentang gerhana matahari diulang beberapa kali dan di dalam kutipan lain di dari Mughirah bin Syu’bah r.a diriwayatkan, “Ketika nabi Muhammad Saw masih hidup, gerhana matahari terjadi pada hari yang bersamaan dengan wafatnya Ibrahim (Putra Nabi Saw). Orang-orang pun berkata bahwa gerhana matahari terjadi karena meninggalnya Ibrahim. Rasulullah Saw bersabda, “Gerhana matahari dan bulan terjadi bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Ketika kau melihat gerhana, shalatlah dan berdoalah kepada Allah.” [2:150-S.A.]

BAB 2.      Mengeluarkan sedekah (shadaqah) ketika terjadi gerhana matahari

562.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Ketika nabi Muhammad Saw masih hidup, terjadi gerhana matahari, maka Nabi Saw pun memimpin orang-orang mengerjakan shalat. Nabi Saw berdiri dan mengerjakan qiyam yang panjang, kemudian rukuk dengan lama pula. Kemudian Nabi Saw berdiri dan mengerjakan qiyam yang panjang namun waktunya lebih pendek dibandingkan (qiyam) sebelumnya, kemudian rukuk dengan lama pula, tetapi waktunya lebih pendek dibandingkan (rukuk) sebelumnya. Kemudian Nabi Saw sujud (dua kali) dan melamakan sujudnya. Pada rakaat yang kedua Nabi Saw mengerjakan hal yang serupa dengan rakaat yang pertama, kemudian menyelesaikan shalatnya; pada saat yang bersamaan matahari terang kembali.
Kemudian Nabi Saw menyampaikan khutbah dan setelah memuji dan mengagungkan Allah, Nabi Saw bersabda: “Matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda keagungan) Allah dari sekian ayat-Nya; dan tidak disebabkan oleh kematian atau kelahiran seseorang. Maka ketika kau melihat gerhana, berdoalah kepada Allah, bertakbir, shalat, dan bersedekahlah.” Nabi Saw kemudian berkata, “Wahai umat Muhammad! Tidak ada yang memiliki ghirah (kecemburuan) lebih besar daripada Allah, maka Allah melarang hamba-hamba-Nya, laki-laki atau perempuan melakukan zina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah! Jika kamu mengetahui apa yang kuketahui maka kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” [2:154-S.A.]

BAB 3.      Mengumumkan dengan suara keras untuk mengerjakan shalat berjamaah ketika terjadi gerhana matahari

563.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr: “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa hidup nabi Muhammad orang-orang diseru mengerjakan shalat berjamaah dengan suara keras: Ash-shalatu jami’ah.” [2:155-S.A.]

BAB 4.      Pada saat terjadi gerhana matahari memohon perlindungan Allah dari siksa (‘adzab) kubur

564.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Seorang perempuan Yahudi datang dan menanyakan sesuatu. Kepadaku ia berkata, “Semoga Allah melindungi anda dari siksa kubur.” ‘Aisyah pun bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah orang akan mengalami siksa kubur?” Seraya berlindung kepada Allah dari siksa kubur, Rasulullah Saw membenarkan hal itu. Kemudian ‘Aisyah menyebutkan hadis tentang gerhana matahari dan pada akhirnya ia berkata, “ Nabi Saw memerintahkan orang-orang berdoa memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.” [2:159-S.A.]

BAB 5.      Shalat gerhana matahari berjamaah

565.        Ibn ‘Abbas meriwayatkan sebuah hadis secara terperinci dan (menyebutkan bahwa orang-orang) berkata, “Ya rasulullah! Kami melihat anda mengambil sesuatu dari tempat anda, dan kami lihat anda melangkah mundur.” Nabi Muhammad Saw menjawab, “Aku melihat surga (dan mengulurkan tanganku kearah) seikat (buah-buahan surga) dan seandainya aku mengambilnya, kau dapat memakannya hingga akhir dunia. Aku juga melihat neraka dan aku belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakutkan dari pada itu. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah perempuan.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah! Mengapa demikian?” Nabi Saw menjawab, “Karena mereka tidak bersyukur.” Ditanyakan pula apakah mereka tidak bersyukur kepada Allah. Nabi Saw menjawab, “Mereka tidak bersyukur kepada para sahabatnya di dunia (para suaminya) dan tidak bersyukur terhadap perbuatan baik yang dilakukan (para suaminya) terhadap mereka. Apabila kau berbuat baik terhadap mereka sepanjang hidupmu dan mereka menemukan sesuatu (yang tidak menyenangkan) darimu, mereka akan berkata, ‘Aku tidak pernah memperoleh kebaikan darimu.’” [2:161-S.A.]

BAB 6.      Membebaskan (‘ataqah) budak pada saat gerhana matahari

566.        Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar: Sesungguhnya nabi Muhammad Saw memerintahkan membebaskan budak-budak pada saat terjadi gerhana. [2:163-S.A.]

BAB 7.      Mengingat (dzikir) kepada Allah selama terjadinya gerhana matahari

567.        Diriwayatkan dari Abu Musa r.a : Ketika terjadi gerhana matahari, nabi Muhammad Saw bangun dengan kekhawatiran bahwa barangkali hari itu hari kiamat. Nabi Saw pergi ke masjid dan mengerjakan shalat dengan qiyam (berdiri) yang lama, rukuk dan sujud (dengan cara) yang aku belum pernah melihat Nabi Saw melakukannya. Kemudian Nabi Saw bersabda, “Ini adalah tanda-tanda (ayat) Allah dan jangan dihubung-hubungkan dengan kelahiran atau kematian seseorang, tetapi Allah memberikan ketakutan tehadap hamba-hamba-Nya. Maka jika kamu melihat hal ini terjadi, ingatlah (dzikir) kepada Allah, berdoalah kepada-Nya dan mintalah ampunan-Nya. [2:167-S.A.]

BAB 8.      Membaca (Al-Qur’an) dengan suara keras ketika shalat gerhana

568.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Nabi Muhammad Saw membaca (Al-Qur’an) dengan suara keras pada saat shalat gerhana kemudian setelah menyelesaikan bacaannya Nabi Saw mengucapkan takbir, rukuk. Nabi Saw mengucapkan, “Sami’Allahu liman hamidah, rabbana lakal-hamd.” Kemudian kembali Nabi Saw membaca Al-Qur’an. Di dalam shalat gerhana terdapat empat kali rukuk dan empat kali sujud dalam dua rakaat. [2:172[A]-S.A.] []

XV. KITAB TENTANG SHALAT ISTISQA’ (MEMOHON HUJAN)




BAB 1.      Al-Istisqa

547.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Zaid r.a : Nabi Muhammad Saw pergi mengerjakan shalat istisqa’ dan membalikkan letak jubahnya. Ia menambahkan dalam kutipan hadis yang lain : “Dan shalat dua rakaat.” [2:119-S.A.]

BAB 2.      Doa nabi Muhammad Saw “Buatlah tahun-tahun mereka seperti tahun-tahun Yusuf

548.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Hadis tentang doa nabi Muhammad Saw untuk orang-orang beriman yang lemah (nustadh’afin) dan tentang perkataannya : Ya Allah! Keraslah terhadap suku Mudhar (hadis no. 545).” Namun di dalam kutipan hadis ini, Nabi Saw bersabda, “Ya Allah! Ampunilah suku Ghifar dan selamatkanlah suku Aslam.” [2:120-S.A.]
549.        ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi Saw bersabda ketika melihat penolakan orang-orang untuk merima Islam. ‘Ya Allah! Kirimkan (kepada mereka) tujuh (tahun dalam keadaan lapar) seperti tujuh tahun yang terjadi dalam masa Yusuf. Maka kekeringan melanda mereka selama satu tahun yang menghancurkan semua sendi kehidupan dan lebih jauh lagi mereka terpaksa harus memakan kulit, bangkai, dan daging binatang yang telah membusuk.  Setiap salah seorang dari mereka melihat kelangit, karena rasa lapar ia akan (membayangkan dirinya) melihat kabut. Maka Abu Sufyan perngi menemui Nabi Saw dan berkata, ‘Ya Muhammad! Anda memerintahkan manusia untuk taat kepada Allah dan menjalin hubungan baik dengan sanak kerabat. Sesungguhnya bahwa saat ini orang-orang dari suku anda dalam keadaan kelaparan, maka tolonglah berdoa untuk mereka.’ Maka Allah pun menurunkan firman-Nya. Maka nantikanlah hari tatkala langit mengeluarkan kabut yang nyata kelihatan sampai pada firman-Nya, Kamu akan kembali (ingkar). (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras (QS Ad-Dukhan [44] : 10-16)
(Ibn Mas’ud menambahkan) Al-Bathsyah terjadi dalam perang Badar dan telah pasti bahwa Ad-Dukhan (kabut), Al-Bathsyah, Al-Lizam dan ayat-ayat Surah Ar-Rum seluruhnya telah diturunkan. [2:121-S.A.]
550.        Ibn ‘Umar r.a berkata bahwa sebait puisi melintas dalam pikirannya ketika ia melihat wajah nabi Muhammad Saw. Pada saat Nabi Saw memohon kepada Allah agar hujan diturunkan. Nabi Saw tidak duduk hingga hujan turun membasahi semua atap. Bait puisi itu adalah ucapan Abu Thalib :

Dan seorang lelaki putih
Memohon Allah menurunkan hujan
Ia yang mengasihi anak yatim
Menjaga para janda. [2:122-S.A.]

551.        (Dirwayatkan dari Anas r.a) : Setiap kali kekeringan melanda mereka, ‘Umar bin Al-Khaththab r.a meminta tolong kepada Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib r.a untuk berdoa kepada Allah menurunkan hujan. Ia berkata, “Ya Allah! Kami pernah meminta nabi kami berdoa kepada-Mu menurunkan hujan, dan Kau menganugrahkan hujan kepada kami, saat ini kami meminta pamannya untuk berdoa kepada-Mu menurunkan hujan.Ya Allah! Anugrahkan hujan kepada kami.” Maka hujan pun turun. [2:123-S.A.]

BAB 3.      Shalat Istisqa’ di masjid utama (al-jami’)

552.        (Diriwayatkan dari Syarik bin ‘Abdullah bin Abi Namir) : Aku pernah mendengar Anas [bin Malik] berkata, “[Pada hari Jum’at] seorang lelaki masuk ke masjid utama ketika Rasulullah Saw tengah menyampaikan khutbah dan meminta tolong [kepada Nabi Saw agar berdoa kepada Allah] untuk hujan, berkali-kali.” Pada kutipan hadis ini [dikatakan], “Kami tidak melihat matahari selama seminggu.” Anas menambahkan, Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah! Limpahkan kepada kami hujan. Ya Allah! Limpahkan kepada kami hujan. Ya Allah! Limpahkan kepada kami hujan.” Anas berkata, “Demi Allah [pada saat itu] kami tidak melihat arak-arakan awan di langit dan disana tidak terdapat bangunan atau rumah apapun yang menghalangi kami dengan [gunung] Sila’.” Anas berkata, “Arakan awan tebal mirip perisai raksasa muncul dari balik gunung itu, ketika sampai tengah angkasa, awan itu menyebar dan hujan pun turun.”)
Lebih jauh Anas berkata, “(Pada hari Jum’at berikutnya) seorang lelaki datang lewat pintu yang sama dan pada waktu itu Rasulullah Saw tangah menyampaikan khutbah Jum’at. Orang itu berdiri di hadapan nabi Muhammad Saw dan berkata, “Ya Rasulullah! Binatang-binatang ternak mati dan jalan-jalan putus. Berdoalah kepada Allah untuk menghentikan hujan.”’ Anas menambahkan, “Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya dan berkata, ‘Ke sekeliling kami namun jangan diatas kami. Ya Allah! Diatas dataran tinggi, diatas gunung-gunung, diatas bukit-bukit, ke dalam lembah-lembah dan janganlah diatas tempat pepohonan tumbuh.’ Dan hujan pun berhenti, kami berjalan di bawah cahaya matahari.” [2:126-S.A.]

BAB 4.      Istisqa’ ketika khutbah Jum’at dengan menghadap wajah selain kearah kiblat

553.        Diriwayatkan dari (Anas bin Malik r.a) : Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya seraya berkata, “Ya Allah! Limpahkan kepada kami hujan. Ya Allah! Limpahkan kepada kami hujan. Ya Allah! Limpahkan kepada kami hujan.” [2:127-S.A.]

BAB 5.      Nabi Muhammad Saw memunggungi orang-orang (pada saat shalat istisqa’)

554.        Di dalam hadis (no. 547) ‘Abdullah bin Zaid tentang (berdoa kepada Allah agar menurunkan) hujan, terdapat tambahan : Ia memunggungi orang-orang dan menghadapkan wajahnya yang mulia ke arah kiblat dan berdoa (kepada Allah agar menurunkan hujan). Kemudian Nabi Saw membalik jubahnya (rida’) dan mengerjakan shalat dua rakaat dengan bacaan yang keras.” [2:137-S.A.]

BAB 6.      Imam mengangkat kedua tangan ketika shalat istisqa’

555.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Nabi Muhammad Saw tidak pernah mengangkat kedua tangannya setiap kali berdoa kecuali ketika istisqa’ dan ia mengangkat kedua tangannya sedemikian rupa sehingga ketiaknya yang putih terlihat. (Catatan : Adalah mungkin bahwa Anas r.a tidak melihat Nabi Saw mengangkat kedua tangannya, sebab diriwayatkan pula bahwa Nabi Saw mengangkat tangannya setiap kali berdoa, tidak hanya saat shalat istisqa’. Lihat hadis no. 1667). [2:141-S.A.]

BAB 7.      Yang diucapkan ketika hujan

556.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Setiap kali Rasulullah Saw melihat hujan turun, Nabi Saw bersabda, “Ya Allah! Biarkanlah ia menjadi hujan yang membawa kemanfaatan.” [2:142-S.A.]

BAB 8.      Ketika angin kencang

557.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Setiap kali angin kencang bertiup kekhawatiran terlihat pada wajah nabi Muhammad Saw yang mulia. [2:144-S.A.]

BAB 9.      Sabda nabi Muhammad Saw : Aku telah dijamin kemenangan dengan Ash-Shaba’ (angin timur yang membuat takut para musuh Allah)

558.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Aku telah dijamin kemenangan dengan Ash-Shaba’ dan bangsa ‘Ad tela dihancurkan ad-dabur (angin barat). [2:145-S.A.]

BAB 10.    Perihal gempa bumi dan tanda-tanda (hari kiamat)

559.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : (Nabi Muhammad Saw) berkata, “Ya Allah! Berkahilah orang-orang Syam dan Yaman.” Orang-orang berkata, “Berkahilah pula orang-orang Najd.” Nabi Bersabda lagi, “Ya Allah! Berkahilah orang-orang Syam dan Yaman”. Orang-orang kembali berkata, “Berkahilah pula orang-orang Najd”. (Pada saat itu Nabi Saw bersabda), “Disana akan muncul gempa bumi yang menakutkan dan berbagai fitnah dan dari sana pula akan muncul tanduk setan.” [2:147-S.A.]

BAB 11.    Kecuali Allah, tidak ada yang tahu kapan hujan turun

560.        Diriwayatkan dari Ibn (‘Umar r.a) : Rasulullah Saw bersabda, “Terdapat lima kunci ke-ghaib-an yang tidak diketahui seorang pun kecuali Allah… Tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok hari; tidak seorang pun tahu apa yang terdapat di dalam kandungan (rahim, al-arham); tak seorang pun tahu perolehannya esok hari; tak seorang pun tahu dimana ia akan mati; dan tidak seorang pun tahu kapan hujan akan turun.” [2:149-S.A.] []

XIV. KITAB TENTANG SHALAT WITR




BAB 1.      Yang berkaitan dengan shalat witr

539.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Suatu ketika seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw tentang shalat malam. Rasulullah Saw menjawab, “Shalat malam dikerjakan dua rakaat diikuti dua rakaat (dan seterusnya) dan apabila seseorang kahawatir dengan telah dekatnya fajar (shalat subuh) shalatlah satu rakaat dan ini akan menjadi witr (penutup) semua shalatnya sebelumnya. [2:105-S.A.]
540.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah Saw shalat sebelas rakaat pada malam hari dan itu merupakan shalat malam Nabi Saw. Dalam setiap sujudnya, lamanya cukup untuk seseorang membaca lima puluh ayat suci (Al-Qur’an). Nabi Saw juga mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh, kemudian berbaring dan menghadap ke sebelah kanan hingga muadzin menjemputnya untuk shalat subuh. [2:108-S.A.]

BAB 2.      Waktu shalat witr

541.        Diriwayatkan dari (‘Aisyah) r.a : Rasulullah Saw mengerjakan shalat witr pada malam-malam yang berbeda pada jam-jam yang berbeda pula (mulai waktu isya’) hingga bagian terakhir malam hari. [2:110-S.A.]

BAB 3.      Shalat witr sebagai shalat terakhir

542.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a : Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kerjakan shalat witr sebagai shalat malam terakhirmu.” [2:112-S.A.]

BAB 4.      Shalat witr diatas binatang tunggangan

543.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Rasulullah Saw pernah shalat witr diatas punggung unta (pada saat melakukan perjalanan). [2:113-S.A.]

BAB 5.      Membaca qunut sebelum dan setelah rukuk

544.        (Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin) : Anas r.a ditanya seseorang, “Apakah Rasulullah Saw membaca qunut pada saat shalat subuh?” Anas membenarkan. Lebih jauh orang itu bertanya, “Apakah Rasulullah Saw qunut sebelum rukuk?” Anas menjawab, “Rasulullah Saw membaca qunut setelah rukuk (selama sebulan penuh).” [2:115-S.A.]
545.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : perkara qunut ia menjawab, “Dapat dipastikan bahwa qunut itu ada (di baca).” Ditanyakan padanya, “(Dibaca) sebelum rukuk atau sesudahnya?” Anas menjawab, “Sebelum rukuk.” Aku menambahkan, “Si Fulan bercerita kepadaku bahwa anda memberi tahu dia qunut dibacakan setelah rukuk.” Anas berkata, “Ia berbohong. Rasulullah Saw membaca qunut setelah rukuk hanya selama satu bulan.” (Anas menambahkan), nabi Muhammad Saw mengirim tujuh puluh orang (yang hafal Al-Qur’an) menemui kaum musyrik (di Najd) yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan mereka dan terdapat perjanjian damai antara mereka dan Rasulullah Saw. (Tetapi kaum musyrik mengkhianati perjanjian dan membunuh ke tujuh puluh orang utusan Nabi Saw itu). Maka Rasulullah Saw membaca qunut selama satu bulan dan memohon kepada Allah agar menghukum mereka (suku Ri’I dan Dzakwan). [2:116-S.A.]
546.        Diriwayatkan (dari Anas) r.a : Qunut biasa di bacakan pada saat shalat subuh dan shalat maghrib. []

XIII. KITAB DUA HARI RAYA ‘ID



BAB 1.      Pertunjukkan lembing dan perisai pada hari raya ‘Id

527.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah Saw datang ke rumahku ketika dua orang gadis tengah menyanyikan lagu bu’ats (sebuah kisah epik [peperangan] antara dua suku Anshar, ‘Aus dan Khazraj, sebelum Islam) disampingku. Nabi Saw bersandar dan berpaling ke arah lain. Kemudian Abu Bakar masuk dan dengan kasar berkata, “Alat-alat musik setan dirumah Nabi Saw?” Rasulullah Saw memalingkan wajahnya ke arah Abu Bakar dan berkata, “Biarkan mereka (da’huma).” Ketika Abu Bakar lengah, aku memberi isyarat kepada kedua gadis itu untuk pergi dan mereka pun pergi. [2:70-S.A.]

BAB 2.      Makan sebelum shalat ‘Id pada hari raya ‘Idul Fithri

528.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Tak sekalipun nabi Muhammad Saw pergi (untuk shalat) pada hari raya ‘Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya. Anas juga mengatakan : Nabi Saw makan kurma dalam jumlah yang ganjil. [2:70-S.A.]

BAB 3.      Makan pada hari raya Nahr (10 Dzulhijjah)

529.        Diriwayatkan dari Al-Bara’ bin ‘Azib r.a : Aku pernah mendengar Rasulullah Saw menyampaikan khutbah. Nabi  Muhammad Saw bersabda, “Yang pertama kali harus kita lakukan pada hari ini adalah mengerjakan shalat, dan ketika kembali (dari shalat) kita menyembelih kurban-kurban kita; dan siapapun yang telah melakukan hal ini maka dia telah melakukan sunnahku.” [2:75-S.A.]
530.        Diriwayatkan (dari Al-Bara’ bin ‘Azib) r.a : Nabi Muhammad Saw menyampaikan khutbah setelah mengerjakan shalat pada hari raya Nahr dan berkata, “Siapapun yang mengerjakan shalat seperti kami dan menyembelih (kurban) seperti kami maka nusuk-nya (kurbannya) akan diterima Allah. Dan siapapun yang menyembelih kurbannya sebelum shalat ‘id maka nusuk-nya tidak diterima Allah.” Abu Burdah bin Niyar, paman Al-Bara’ berkata, “Ya Rasulullah! Aku telah menyembelih dombaku sebelum shalat ‘Id dan aku mengira bahwa hari ini adalah hari makan dan minum (bukan minuman beralkohol), dan (tadinya) aku ingin dombaku menjadi domba pertama yang disembelih di rumahku. Jadi aku menyembelihnya dan makan sebelum mengerjakan shalat. Nabi Saw bersabda, “Domba yang kamu sembelih hanyalah daging (bukan nusuk).” Abu Burdah berkata, “Ya Rasulullah! Aku memiliki kambing betina muda yang lebih kusayangi daripada dua dombaku. Apakah itu cukup sebagai nusuk atas namaku?” Nabi Saw bersabda, “Ya, itu cukup bagimu (sebagai nusuk) tetapi tidak untuk orang lain setelah kamu.” [2:75-S.A.]
BAB 4.      Pergi (mengerjakan shalat) ke mushala yang tidak bermimbar

531.        Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri r.a : Nabi Muhammad Saw pergi ke mushala (ruang atau tanah lapang yang di fungsikan untuk shalat) pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adhha; yang pertama dilakukan (Nabi Saw) adalah shalat dan setelah itu Nabi Saw berdiri di depan orang-orang dan orang-orang itu duduk di dalam barisan mereka. Kemudian Nabi Saw berkhutbah, menasihati mereka, dan memberi mereka perintah-perintah (agama). Dan setelah itu apabila Nabi Saw berkehendak mengirimkan sebuah pasukan ekspedisi, maka Nabi Saw pun memerintahkan hal itu, atau seandainya Nabi Saw memberikan sebuah perintah, maka Nabi Saw melakukannya, setelah itu berangkat.
Orang-orang mengikuti sunnah itu hingga (suatu ketika) aku bersama Marwan, Gubernur Madinah, untuk mengerjakan shalat ‘Idul Adhha atau ‘Idul Fitri. Ketika kami telah sampai ke mushala terdapat sebuah mimbar yang di buat oleh Katsir bin Al-Shalt. Marwan pergi ke mimbar itu sebelum mengerjakan shalat. Aku menarik bajunya tetapi dia bersikeras memaksa naik keatas mimbar dan menyampaikan khutbah sebelum mengerjakan shalat. Aku berkata kepadanya, “Demi Allah! Kau telah mengubah (sunnah Nabi Saw). Ia menjawab, “Wahai Abu Sa’id! telah hilang apa yang telah kamu ketahui.” Aku berkata, “Demi Allah! Yang kuketahui lebih baik dari yang tidak kuketahui.” Marwan berkata, “Orang-orang tidak duduk mendengarkan khutbahku setelah shalat (selesai), jadi aku khutbah sebelum shalat saja.” [2:76-S.A.]

BAB 5.      Berjalan dan berkendaraan untuk mengerjakan shalat ‘Id. Shalat harus di kerjakan sebelum khutbah (tanpa adzan dan iqamah)

532.        (Dirwayatkan dari ‘Atha r.a) bahwa Ibn ‘Abbas dan Jabir bin ‘Abdullah r.a berkata, “Tidak ada adzan sebelum shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adhha.” [2:72(B)-S.A.]

BAB 6.      Khutbah setelah shalat ‘id

533.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : Aku mengerjakan shalat ‘Id bersama Rasulullah Saw, Abu Bakar, ‘Umar, Utsman dan mereka semua mengerjakan shalat sebelum khutbah. [2:79-S.A.]

BAB 7.      Keutamaan perbuatan baik pada hari tasyrik

534.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak ada perbuatan baik (yang dikerjakan) pada hari-hari lain lebih utama daripada perbuatan baik yang dilakukan pada hari ini (hari kesepuluh bulan Dzulhijjah).” Beberapa sahabat Nabi Saw bersabda, “Bahkan jihad?” Nabi Saw menjawab, “Bahkan jihad, kecuali orang yang melakukannya dengan menempatkan hidup dan harta miliknya dalam bahaya (di jalan Allah, yaitu berjihad dengan hidup dan harta miliknya) dan tidak kembali dengan semua itu (mati syahid).” [2:86-S.A.]

BAB 8.      Takbir di Mina dan ketika menuju ‘Arafah

535.        (Diriwayatkan dari Muhammad bin Abi Bakar Al-Tsaqafi : ketika kami berangkat dari Mina menuju ‘Arafah), aku bertanya kepada Anas bin Malik perihal talbiyah, “Bagaimana para sahabat Nabi Saw mengucapkan talbiyah?” Anas berkata, “Mereka mengucapkan talbiyah dan takbir dan tidak ada dari mereka yang saling menyalahkan.” [2:87-S.A.]

BAB 9.      An-Nahr1 dan Ad-Dzabh2 (menyembelih binatang kurban) di mushala (ruang atau tanah lapang yang di fungsikan sebagai tempat shalat) pada hari Nahr

536.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Nabi Muhammad Saw melakukan nahr atau dzabh di mushala (pada ‘Idul Adhha). [2:98-S.A.]

BAB 10.    Kembali dari mengerjakan shalat ‘Id dengan mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang dilalui ketika berangkat

537.        Diriwayatkan dari Jabir (bin ‘Abdullah) r.a : Pada hari ‘Id, nabi Muhammad Saw pulang melalui jalan yang berbeda dengan jalan yang di lalui ketika berangkat. [2:102-S.A.]
538.        Hadis ‘Aisyah r.a tentang orang-orang Etiopia (hadis no. 286). Terdapat tambahan dalam kutipan hadis ini bahwa, ‘Aisyah berkata, “Umar menghardik mereka. Nabi Saw bersabda, “Biarkan mereka, aku telah memberikan perlindungan kepada mereka (suku Arfidah).” [2:103-S.A.] []