Sunday, November 13, 2011

VIII. KITAB TENTANG SHALAT

              BAB 1.            Bagaimana perintah shalat diturunkan pada malam Al-IsrA?'                 

228.        Anas bin Malik r.a berkata bahwa Abu Dzar r.a pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Ketika aku sedang berada di Makkah, atap rumahku terbuka dan malaikat Jibril turun menemuiku, membelah dadaku, dan membasuhnya dengan air zamzam. Setelah itu Jibril membawa nampan emas yang isinya penuh dengan kebijaksanaan dan keimanan dan sehabis menuangkan isi nampan itu kedalam dadaku, iapun menutup dadaku kembali. Kemudian Jibril menggenggam tanganku dan menuntun ku ke langit. Jibril berkata kepada penjaga langit, ‘Buka’ Penjaga langit berkata, ‘Siapa itu?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’ Penjaga langit bertanya, ‘Adakah seseorang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Ya, Muhammad Saw bersamaku.’ Si penjaga bertanya, ‘Apakah ia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya’ Maka pintu (langit) pun dibuka dan kami pergi ke langit terdekat dan disana kami melihat seorang laki-laki sedang duduk dengan aswidah (sejumlah besar orang) di sebelah kanan nya dan aswidah (sejumlah besar orang) di sebelah kirinya. Ketika laki-laki itu melihat di sebelah kanannya ia tertawa dan ketika laki-laki itu melihat ke sebelah kirinya ia menangis. Kemudian laki-laki itu berkata, ‘Selamat datang! Wahai Nabi dan anak ku yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapa laki-laki ini?’ Ia menjawab, ‘Laki-laki itu adalah Adam, orang-orang di kanan-kirinya adalah ruh keturunannya (anak-cucunya). Mereka yang di sebelah kanan adalah para penghuni surga, dan mereka yang di sebelah kiri adalah para penghuni neraka, manakala ia berpaling ke arah kanannya ia tertawa dan manakala ia berpaling ke arah kirinya ia menangis.’ Kemudian ia menuntun ku hingga tiba di langit kedua dan Jibril berkata kepadanya, ‘Buka’ Penjaga langit mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan penjaga langit sebelumnya lalu membuka pintu langit kedua.”
Anas berkata, “Abu Dzar menambahkan bahwa Nabi Saw bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa, dan Ibrahim a.s. Ia (Abu Dzar) tidak menjelaskan berada di langit yang mana mereka (para nabi itu) berada (pada saat berjumpa dengan Nabi Saw), tetapi mengatakan bahwa Nabi Saw berjumpa dengan Adam di langit terdekat dan dengan Ibrahim di langit keenam.” Anas berkata, “Ketika Nabi Saw dan Jibril berjumpa dengan Idris, yang disebut terakhir ini berkata, ‘Selamat datang! Wahai Nabi dan saudaraku yang saleh.’ Nabi Saw bersabda, ‘Siapa laki-laki ini?’ Jibril menjawab, ‘Laki-laki itu adalah Idris.’” Nabi Muhammad Saw menambahkan, “Aku bertemu dengan Musa dan ia berkata kepadaku, ‘Selamat datang! Nabi dan saudaraku yang saleh’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapa laki-laki ini?’ Jibril menjawab, ‘Ia adalah Musa.’ Lalu aku bertemu dengan Isa, lalu dia berkata, ‘Selamat datang! Nabi dan saudaraku yang salah.’ Aku bertanya, ‘Siapa laki-laki ini?’ Jibril menjawab, ‘Ia adalah Isa.’ Setelah itu aku bertemu Ibrahim dan ia berkata, ‘Selamat datang! Nabi dan anakku yang saleh!’ Aku bertanya, ‘Siapa laki-laki ini?’ Jibril menjawab, ‘Ia adalah Ibrahim a.s.’”
Ibn Abbas r.a dan Abu Habbah Al Anshari berkata : Nabi Muhammad Saw menambahkan, “Kemudian aku dan Jibril naik kesebuah tempat dan aku mendengar bunyi pena (dari tempat itu).” Anas bin Malik r.a berkata : Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan shalat lima puluh waktu kepada umatku. Ketika aku kembali dengan perintah ini aku bertemu Musa yang bertanya kepadaku, ‘Apa yang Allah perintahkan kepada pengikutmu?’ Aku menjawab, ‘Dia memerintahkan shalat lima puluh waktu kepada umatku.’ Musa berkata, ‘Kembalilah pada Tuhanmu sebab para pengikutmu tidak akan sanggup menjalankan perintah itu.’
(Maka akupun kembali menemui Allah dan meminta keringanan untuk umatku) dan Dia memberi keringanan hingga separonya. Ketika aku kembali dengan Musa dan memberitahukan hal itu kepadanya, ia berkata, ‘Kembalilah pada Tuhanmu, sebab umatmu tidak akan sanggup  mengerjakan perintah itu.’ Maka aku kembali menemui Allah dan meminta keringanan dan Dia mengurangi perintah itu hingga separonya lagi. Aku kembali bertemu Musa dan ia berkata kepadaku, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu sebab para pengikutmu tidak akan sanggup mengerjakan perintah itu.’ Maka aku kembali menemui Allah dan Dia berfirman, ‘Ini (perintah) shalat lima waktu dan shalat lima waktu ini (nilainya) setara (dengan shalat) lima puluh (waktu) sebab Kalam-Ku tidak akan berubah.’ Aku kembali bertemu Musa dan ia menyarankan ku untuk kembali sekali lagi (menemui Allah meminta keringanan bagi umatku). Aku menjawab, ‘Sekarang aku merasa malu untuk meminta (kembali keringanan) kepada Tuhanku.’ Setelah itu Jibril membawaku ke Sidrat-ul-Muntaha yang diselimuti berbagai warna yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kemudian aku diizinkan masuk kedalam surga tempat aku menemukan tembok-tembok kecil (yang terbuat dari) mutiara dan tanahnya mengeluarkan wangi misk (minyak kasturi).” [1:345-S.A.]
229.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah : Ketika pertama kali Allah menurunkan perintah shalat, Allah hanya memerintahkan dua rakaat (untuk setiap shalat) baik sedang menetap (tidak sedang bepergian) atau sedang bepergian. Lalu shalat untuk mereka yang sedang melakukan perjalanan tetap sama jumlah raka’atnya, tetapi (jumlah) rakaat shalat untuk mereka yang menetap (tidak sedang bepergian) bertambah. [1:346-S.A.]

225.                      BAB 2.            Diwajibkan berpakaian ketika sedang shalat
226.                       
230.        Diriwayatkan dari Umar bin ‘Abi Salamah r.a : Nabi Muhammad Saw shalat dengan memakai satu pakaian yang dikaitkan kedua ujungnya. [1:350-S.A.]

227.                      BAB 3.            Mengerjakan shalat dengan mengenakan pakaian tunggal (tsaub al-wahid) yang yang menutupi (dililitkan ke) seluruh tubuh
228.                       
231.        Diriwayatkan dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib r.a : (lihat hadis no. 199) tentang shalat nabi Muhammad Saw pada hari penaklukkan Makkah. [1:353(A)-S.A.]
232.        Diriwayatkan dari (Ummu Hani’ r.a) bahwa nabi muhammad Saw mengerjakan shalat delapan rakaat sambil mengenakan pakaian tunggal. Ketika Nabi Saw selesai mengerjakannya aku berkata, “Ya Rasulullah! Saudara lelakiku berkata bahwa ia akan membunuh orang yang berada dalam perlindunganku dan orang itu adalah si Fulan, anak Hubairah.” Nabi Saw bersabda, “Kami akan melindungi orang yang berlindung kepadamu.” Ummu Hani’ menambahkan, “Peristiwa itu terjadi sebelum tengah hari (dhuha). [1:353(B)-S.A.]
233.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw perihal mengerjakan shalat dengan memakai pakaian tunggal. Rasulullah Saw menjawab, “Apakah semua orang memiliki dua pakaian?” [1:354-S.A.]

229.                      BAB 4.            Apabila seseorang shalat dengan mengenakan pakaian tunggal, ia harus menyilangkan ujung-ujungnya melingkari bahunya
230.                       
234.        Diriwayatkan dari (Abu Hurairah) r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Tidak seorangpun dari kalian di perbolehkan shalat dengan pakaian tunggal apabila tidak menutupi kedua bahunya.” [1:355-S.A.]
235.        Diriwayatkan dari (Abu Hurairah) r.a : Aku bersaksi bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Siapapun yang mengerjakan shalat dengan pakaian tunggal harus menyilangkan ujung-ujungnya (menutupi kedua bahunya). [1:356-S.A.]

231.                      BAB 5.            Apabila pakaian yang digunakan ketat (menutupi tubuh)
232.                       
236.        (Diriwayatkan dari Sa’id bin Al-Harits) Jabir r.a pernah mengatakan, “Asku mengikuti sebagian dari perjalanan-perjalanan yang dilakukan nabi Muhammad Saw dan pada suatu malam aku menemui Nabi Saw untuk suatu keperluan, dan aku mendapati Rasulullah Saw sedang mengerjakan shalat. Pada waktu itu, aku mengerjakan shalat dengan pakaian tunggal yang menutupi (kedua bahuku) dan mengerjakan shalat disamping Nabi saw. Ketika Nabi Saw telah menyelesaikan shalatnya, Nabi Saw bertanya, ‘Wahai Jabir! Apa yang membawamu kemari?’ Aku mengatakan kepadanya apa yang kuinginkan. Setelah selesai, Nabi Saw bertanya, ‘wahai Jabir pakaian apa yang kulihat ini dan bagaimana kau menutup bahumu?’ Aku menjawab, ‘Ini pakaian yang ketat.’ Nabi Saw bersabda, ‘Jika pakaianmu cukup panjang, lilitkan keseluruh tubuhmu (menutupi kedua bahumu) dan apabila (pakaianmu) ketat (terlalu pendek) kenakan seperti orang mengenakan izar (ikatkan pada pinggangmu.)”’ [1:357-S.A.]
237.        Diriwayatkan dari Sahl r.a : para pria mengerjakan shalat bersama nabi Muhammad Saw dengan izar mereka dililitkan ke leher mereka sebagaimana biasa dilakukan anak-anak lelaki ; oleh karena itu Nabi Saw mengatakan kepada kaum perempuan untuk tidak mengangkat kepala mereka (dari sujud) hingga para pria duduk tegak (dalam shalat, sehabis sujud). [1:358-S.A.]

233.                      BAB 6.            Mengerjakan shalat mengenakan jubah Syria (yang dibuat orang-orang kafir)
234.                       
238.        Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah r.a : suatu saat aku mengadakan perjalanan bersama nabi Muhammad Saw dan Nabi Saw bersabda, “Wahai Mughirah! Isilah wadah ini dengan air.” Aku mengambil wadah itu dan Rasulullah Saw pergi menjauh hingga tak terlihat olehku. Nabi Saw sedang buang hajat dan dan pada saat itu mengenakan sebuah jubah Syria. Nabi Saw mencoba menggulung lengan bajunya tetapi baju itu terlalu ketat maka ia pun meloloskan tangannya. Aku menuangkan air dan Nabi Saw berwudhu segaimana ia hendak mengerjakan shalat dan mengusapkan tangannya yang basah keatas khuff-nya (kaus kaki dari kulit) lalu mengerjakan shalat. [1:359-S.A.]

235.                      BAB 7.            Telanjang ketika mengerjakan shalat, tidak disukai (Allah)
236.                       
239.        Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah r.a : Rasulullah Saw mengenakan sebuah izar (pakaian yang dililitkan di pinggang) ketika membawa batu-batu bersama penduduk kota Makkah untuk (memperbaiki) Ka’bah, pada waktu itu pamannya, ‘Abbas, berkata kepada Nabi Saw . “Wahai keponakanku (akan lebih baik bagimu) melepas izar-mu dan menutupkannya ke bahumu pada saat membwa batu-batu itu.” Maka Nabi Saw pun membuka izar-nya dan menutupkannya ke bahunya, tetapi Nabi Saw jatuh dan pingsan, sejak saat itu Nabi Saw tidak pernah terlihat telanjang. [1:360-S.A.]

237.                      BAB 8.            Menutup aurat
238.                       
240.        Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a : Rasulullah Saw melarang isytimal ash-shamma’ (menutupkan pakaian keseluruh tubuh sehingga tidak dapat mengangkat ujungnya atau meloloskan tangan dari pakaiannya). Nabi Muhammad Saw juga melarang al-ihtiba (duduk diatas bokong dengan kedua lutut menutup perut dan kedua tangan memeluk lutut) pada saat seseorang memakai pakaian tunggal, dan tidak menutup auratnya. [1:363-S.A.]
241.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah Saw melarang dua cara berniaga (bai’a) yaitu al-limas1 dan an-nibadz2 dan (nabi Muhammad Saw juga melarang) isytimal ash-shamma’ dan al-ihtiba apabila sedang mengenakan pakaian tunggal. [1:364-S.A.]
242.        Diriwayatkan dari (Abu Hurairah) r.a : Pada hari Nahr (tahun ke-10 Dzulhijjah, tahun sebelum ibadah haji nabi Muhammad Saw yang terakhir, pada tahun itu yang memimpin ziarah atau ibadah haji adalah Abu Bakar) bersama para mu’adzdzin Abu Bakar menyuruhku berangkat ke Mina untuk menyampaikan sebuah pengumuman : “Tak satupun orang musyrik (penyembah banyak Tuhan, kafir, penyembah berhala, serta orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan Muhammad Saw) diizinkan melaksanakan ibadah haji setelah tahun ini dan tak satupun orang yang telanjang diizinkan mengelilingi Ka’bah.” Kemudian Rasulullah Saw mwngirim Ali r.a untuk membacakan surat Al-Bara’ah (At-Tawbah) kepada orang-orang ; maka bersama kami ‘Ali menyampaikan pengumuman itu pada hari Nahr di Mina : “Tak satupun orang musyrik diizinkan melaksanakan ibadah haji setelah tahun ini dan tak satupun orang yang telanjang diizinkan thawaf mengelilingi Ka’bah.” [1:365-S.A.]

239.                      BAB 9.            Perihal paha
240.                       
243.        (Diriwayatkan dari ‘Abdul ‘Aziz) Anas r.a berkata : Ketika Rasulullah Saw mwnyerang Khaibar, kami mengerjakan shalat subuh disana (dini hari) ketika keadaan masih gelap. Nabi Allah Muhammad Saw mengendarai (binatang tunggangan) begitu pula Abu Thalhah dan aku berada di belakangnya. Rasulullah Saw melewati jalan Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha Nabi Saw yang mulia. Kemudian Nabi Saw menutup pahanya yang mulia dengan izar-nya dan aku telah melihat paha putih Nabi Saw yang mulia itu. Ketika Nabi Saw memasuki kota, Nabi Saw bersabda, “Allahu Akbar!” Khaibar telah hancur. Sesungguhnya kami jika memasuki halaman suatu kaum (untuk memerangi), maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu.” Nabi Saw mwngulangi hal itu tiga kali. Orang-orang meninggalkan pekerjaan mereka dan berkata, “Muhammad telah datang dengan pasukannya.” (Anas) berkata, “Kami telah menaklukkan Khaibar, para tawanan dan barang rampasan dikumpulkan. Dihya menemui Rasulullah Saw dan berkata, ‘Ya Nabi Allah! Berikan aku dari para tawanan seorang budak perempuan.’ Nabi Muhammad Saw bersabda, ‘Pergi dan ambillah siapapun yang kamu mau.’ Ia mengambil Shafiyah binti Huyai. Seorang lelaki menemui Nabi Saw dan berkata, ‘Ya Rasulullah! Anda telah memberikan Shafiyah binti Huyai kepada Dihya padahal ia pemimpin suku Quraizhah dan An-Nadhir dan tak ada yang pantas menikahinya kecuali anda.’ Maka Nabi Saw bersabda kepada Dihya, ‘Ambillah budak perempuan lain dari para tawanan.”’ (Anas) menambahkan : “Nabi Muhammad pun memerdekakan Shafiyah dan menikahinya.”
(Tsabit berkata kepada Anas, “Wahai Abu Hamzah, apa yang di berikan Rasulullah Saw [sebagai mahr] untuk menikahi dia?” Anas berkata, “Kebebasan diri Shafiyah sendirilah yang menjadi mar”. [Anas r.a menambahkan] : “Pada saat itu, Ummu Sulaiman mendandani Shafiyah untuk [upacara] pernikahan dan pada malam harinya ia mengantarkan Shafiyah sebagai pengantin perempuan kepada Nabi Muhammad Saw. Maka jadilah Rasulullah Saw sebagai pengantin laki-laki dan berkata, ‘Siapapun yang memiliki makanan bawalah.’ Nabi Muhammad menghamparkan tilam kulit [untuk makanan] dan sebagian orang membawa buah kurma sedangkan yang lainnya membawa kue mentega. [Aku kira yang dimaksud Anas adalah Sawiq]. Maka mereka menyiapkan hidangan hais [sejenis daging]. Dan itulah walimah Rasulullah Saw.”) [1:367-S.A.]

241.                           BAB 10.          Pakaian shalat bagi kaum perempuan. (‘Ikrimah berkata, “Apabila ia dapat menutup seluruh tubuhnya dengan satu pakaian, maka cukuplah.”)3
242.                            
244.        Diriwayatkan dari Aisyah r.a : Rasulullah Saw mengerjakan shalat subuh dan sebagian perempuan yang beriman mengerjakan shalat subuh bersama Rasulullah Saw. Mengenakan pakaian yang menyelubungi seluruh tubuhnya, sehingga ketika mereka pulang kerumahnya masing-masing tidak ada yang mengenalinya. [1:368-S.A.]

243.                      BAB 11.          Jika seseorang shalat mengenakan pakaian yang bergambar (a’lam)
244.                       
245.        Diriwayatkan dari Aisyah r.a : Nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat dengan mengenakan khamishah (pakaian tradisional) yang bergambar. Selama mengerjakan shalat, gambar itu terlihat oleh Rasulullah Saw. Setelah selesai mengerjakan shalatnya, Rasulullah Saw bersabda, “Bawa pakaian ini kepada Abu Jahm dan bawakan untukku anbijaniyyah miliknya (pakaian yang dari wol yang tidak bergambar) karena pakaian itu (khamisah) memalingkan aku dari shalatku.” [1:369-S.A.]

245.                      BAB 12.          Jika seseorang shalat dengan mengenakan pakaian yang bergambar salib atau lukisan, apakah shalatnya batal?
246.                       
246.        Diriwayatkan dari Anas r.a : ‘Aisyah memiliki sehelai qiram (tirai wol tipis yang bergambar) yang menutupi salah satu bagian rumahnya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Singkirkanlah qiram ini, sebab gambar-gambar (pada kain qiram) terlihat olehku ketika sedang shalat (memalingkan aku dari shalatku).”[1:371-S.A.]

247.                      BAB 13.          Orang yang shalat mengenakan faruj (pakaian luar yang bagian punggungnya terbuka) dari sutra kemudian melepasnya
248.                       
247.        Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir r.a : Nabi Muhammad Saw di beri sebuah farruj sutra sebagai hadiah. Pada saat mengerjakan Shalat Nabi Saw memakainya. Ketika telah menyelesaikan shalatnya, Nabi Saw melepasnya dengan keras, dengan ketidaksukaan yang kuat terhadapnya dan berkata, “Ini bukanlah pakaian orang-orang yang bertakwa.” [1:372-S.A.]

249.                      BAB 14.          Diperbolehkan mengerjakan shalat memakai pakaian merah
250.                       
248.        Diriwayatkan dari Abu Juhaifah r.a : Aku melihat Rasulullah Saw mengerjakan shalat di dalam sebuah tenda berwarna merah dan aku melihat Bilal r.a mengambil air bekas wudhu Rasulullah Saw. Aku melihat orang saling berebut untuk memperoleh air bekas wudhu itu dan orang yang memperolehnya mengoleskannya pada tubuhnya, sedangkan yang tidak memperolehnya mengambil dari telapak tangan temannya yang masih basah. Kemudian aku melihat Bilal membawa ‘anazah yang ia pancangkan diatas tanah. Nabi Muhammad Saw keluar dengan menggunakan baju berwarna merah, dan memimpin orang-orang mengerjakan shalat dua rakaat (menghadap Ka’bah) dengan membawa ‘anazah sebagai sutrah (pembatas)4 untuk shalatnya. Aku melihat orang-orang dan binatang lewat di depan Nabi Saw di luar ‘anazah. [1:373-S.A.]

251.                      BAB 15.          Diperbolehkan mengerjakan shalat diatas atap, mimbar, atau kayu
252.                       
249.        (Diriwayatkan dari Abu Hazim) : Sahl bin Sa’d r.a ditanya tentang mimbar (Nabi Muhammad Saw), dibuat dari bahan apa? Sahl menjawab : “Tak seorangpun (sahabat-sahabat Nabi Saw) yang masih hidup yang lebih mengetahuinya daripadaku. Mimbar itu dibuat dari tamarisk (kayu) hutan. Si Fulan budak si Fulan (yang) membuat dan menempatkannya (di dalam masjid) dan menyiapkannya untuk Nabi Saw. Rasulullah Saw berdiri diatas nya menghadap kiblat dan berkata “Allahu Akbar”, dan orang-orang berdiri (mengerjakan shalat) di belakang Nabi Saw. Rasulullah Saw membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan rukuk, dan orang-orangpun rukuk di belakang Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw mengangkat kepalanya dan melangkah mundur sedikit, duduk dan sujud diatas tanah, kemudian Nabi Saw naik kembali keatas mimbar, membaca (ayat-ayat suci Al-Qur’an), rukuk, mengangkat kepalanya dan mundur sedikit kebelakang, duduk dan sujud diatas tanah. Demikianlah yang aku ketahui tentang mimbar Rasulullah Saw. [1:374-S.A.]

253.                      BAB 16.          Mengerjakan shalat diatas hashir (sebuah tilam yang terbuat dari daun-daun pohon kurma yang panjangnya melebihi tinggi tubuh manusia)
254.                       
250.        (Diriwayatkan dari Ishaq) : Anas bin Malik pernah berkata : “Nenekku, Mulaikah, mengundang makan Rasulullah Saw, yang makanannya yang ia persiapkan sendiri. Nabi Saw memakan makanan itu dan berkata, “Berdirilah! Aku akan memimpinmu shalat.” Anas (menambahkan), “Aku mengambil hashir-ku, mencucinya dengan air karena tampak gelap akibat telah sangat lama dipergunakan dan Rasulullah Saw berdiri diatasnya. Aku dan seorang anak yatim berdiri di belakang Nabi Saw dan si perempuan tua (Mulaikah) berdiri di belakang kami. Rasulullah Saw memimpin kami mengerjakan shalat dua rakaat dan setelah itu pergi.” [1:377-S.A.]

255.                      BAB 17.          Mengerjakan shalat diatas tempat tidur
256.                       
251.        (Diriwayatkan dari Abu Salamah) : ‘Aisyah r.a istri Nabi Muhammad Saw, berkata, “Aku tidur di hadapan Rasulullah Saw dan kedua kakiku menghalangi kiblatnya dan ketika Nabi Saw bersujud, Nabi Saw menekan kakiku dan akupun mengangkatnya dan ketika Nabi Saw berdiri, akupun mengulurkannya kembali.” ‘Aisyah menambahkan, “Pada hari-hari itu rumah dalam keadaan gelap (tidak ada cahaya lampu).” [1:279-S.A.]
252.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah Saw mengerjakan shalat ketika tubuhku terbaring bagaikan mayat diatas tempat tidurnya, di antara Rasulullah Saw dan kiblat. [1:380-S.A.]

257.                      BAB 18.          Sujud diatas pakaian ketika (cuaca) sangat panas
258.                       
253.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Kami mengerjakan shalat bersama Nabi Muhammad Saw dan sebagian dari kami menempatkan ujung-ujung pakaian mereka sebagai tempat bersujud karena (cuaca yang) sangat panas. [1:382-S.A.]

259.                      BAB 19.          Mengerjakan shalat dengan memakai sepatu
260.                       
254.        (Diriwayatkan dari Abu Maslamah, Sa’id bin Yazid Al-Azdi berkata) aku bertanya kepada Anas bin Malik r.a, “Apakah nabi Muhammad Saw pernah mengerjakan shalat dengan memakai sepatu?” Dia menjawab, “Ya” [1:383-S.A.]

261.                      BAB 20.          Mengerjakan shalat dengan memakai khuff (kaus kaki dari kulit)
262.                       
255.        (Diriwayatkan dari Ibrahim : Hammam bin Al-Harits berkata) “Aku melihat Jarir bin ‘Abdullah buang air kecil kemudian berwudhu dan membasuh telapak tangannya (yang basah) ke atas khuff-nya, lalu berdiri dan mengerjakan shalat. Ia ditanya perihal itu. Ia menjawab bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw mengerjakan apa yang dilakukannya.” Mereka menyetujui riwayat ini karena Jarir termasuk salah seorang dari mereka yang memeluk Islam paling akhir. [1:384-S.A.]

263.                      BAB 21.          Ketika tengah bersujud ketiak harus terlihat dan tangan harus di renggangkan dari tubuh
264.                       
256.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Malik bin Buhaina r.a, Ketika nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat, Nabi Saw memisahkan (merenggangkan) tangannya dari tubuhnya (dengan lebar) hingga ketiaknya yang putih terlihat. [1:385-S.A.]

265.                      BAB 22.          Keutamaan shalat menghadap kiblat (Ka’bah di Makkah)
266.                       
257.        Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Siapapun yang shalat seperti aku dan mengadapkan wajahnya ke kiblat kita (Ka’bah di Makkah selama mengerjakan shalat) dan makan binatang sembelihan kita, maka ia adalah Muslim dan berada di bawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya. Maka janganlah mengkhianati Allah dengan mengkhianati orang-orang yang ada di dalam perlindungan-Nya.” [1:386-S.A.]

267.                      BAB 23.          Firman Allah : Jadikanlah olehmu maqam Ibrahim sebagai tempat shalat (QS Al-Baqarah [2] : 125)
268.                       
258.        (Diriwayatkan dari ‘Amr bin Dinar) : Aku bertanya kepada Ibn ‘Umar r.a, “Bolehkah seseorang yang telah mengerjakan tawaf mengelilingi Ka’bah untuk ‘umrah tetapi belum mengerjakan tawaf (sa’I) antara Shafa dan Marwah, melakukan hubungan seksual dengan istrinya?” (Ibn ‘Umar) menjawab, “Ketika Nabi Saw samapai di Makkah, Nabi Saw mengerjakan tawaf mengelilingi Ka’bah (tujuh kali) dan mengerjakan shalat dua rakaat (di tempat itu) di belakang maqam (Ibrahim) dan kemudian mengerjakan thawaf (sa’I) antara Shafa dan Marwah, dan sesungguhnya di dalam (seluruh perbuatan Rasulullah Saw) terdapat contoh yang baik untuk diikuti…” (Kemudian kami menanyakan hal yang sama kepada Jabir bin ‘Abdullah dan ia menjawab, “Ia tidak boleh mendekati istrinya [untuk melakukan hubungan seksual] sebelum ia menyelesaikan thawaf [sa’I] antara Shafa dan Marwah”). [1:389-S.A.]
259.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : Ketika Nabi Muhammad Saw masuk kedalam Ka’bah, Nabi Saw berdoa kepada Allah pada setiap dinding Ka’bah dan tidak mengerjakan shalat hingga Nabi Saw keluar dari sana, lalu Nabi Saw mengerjakan shalat dua rakaat menghadap Ka’bah dan berkata, “Ini adalah kiblat.”5 [1:391-S.A.]

269.                      BAB 24.          (Selama mengerjakan shalat wajib) seseorang menghadapkan wajahnya ke arah kiblat di manapun saat itu ia berada
270.                       
260.        Diriwayatkan dari Bara’ (bin ‘Azib) r.a : Rasulullah Saw mengerjakan shalat dengan menghadapkan wajahnya ke arah Bait Al-Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan tetapi ia lebih suka menghadapkan wajahnya ke arah Ka’bah (di Makkah). Maka Allah pun menurunkan wahyu-Nya (QS Al-Baqarah [2] : 142-144) kemudian Nabi Saw pun menghadapkan wajahnya ke arah kiblat (Ka’bah di Makkah). [1:392-S.A.]
261.        Diriwayatkan dari Jabir r.a : nabi Muhammad Saw pernah mengerjakan shalat (sunnah, bukan shalat wajib) sambil mengendarai hewan tunggangannya (rahilah), kemanapun Nabi Saw menghadap, dan ketika Nabi Saw hendak mengerjakan shalat wajib, Nabi Saw turun dari tunggangannya dan shalat menghadap kiblat (Ka’bah di makkah). [1:393-S.A.]
262.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a : Nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat (dan perawi lain di hadis ini, Ibrahim, berkata, “Aku tidak tahu apakah Nabi Saw shalat lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya”), dan ketika Nabi Saw telah menyelesaikan shalatnya beliau ditanya, “Ya Rasulullah! Apakah ada perubahan dalam shalat?” Nabi Saw bersabda, “Apa maksud pertanyaan itu?” Orang-orang berkata, “Jumlah (rakaat) shalat anda lebih banyak dari biasanya.” Maka Rasulullah Saw pun menekukkan kakinya, menghadapkan wajahnya kearah kiblat (Ka’bah di Makkah) dan mengerjakan sujud dua kali (sujud sahwi) dan menyelesaikan shalat dengan taslim (menghadapkan wajahnya kearah kanan lalu kearah kiri seraya mengatakan : ‘As-salamu ‘alaikum wa ramhmatullah). Sambil melihat kearah kami, Nabi Saw bersabda, “Apabila ada sesuatu yang berubah di dalam shalat, tentu aku akan memberitahu kalian tetapi aku manusia biasa seperti kalian, dan sebagaimana kalian suatu saat aku bisa lupa. Oleh karena itu, bila aku lupa ingatkan aku. Dan apabila seseorang ragu terhadap shalatnya, ia harus mengikuti apa yang menurutnya benar dan melengkapkan shalatnya dan menyelesaikannya lalu sujud dua kali (sujud sahwi).” [1:395-S.A.]

271.                      BAB 25.          Apa yang dikatakan tentang menghadap kiblat dan siapapun yang berfikir bahwa tidaklah perlu mengulang shalatnya apabila keliru menghadapkan wajahnya kearah lain, bukan kearah kiblat
272.                       
263.        Diriwayatkan dair ‘Umar (bin Al-Khaththab r.a : Tuhanku menyetujui aku (mengabulkan permohonanku) dalam tiga hal :
1.      Aku berkata, “Ya Rasulullah! Aku ingin menjadikan maqam Ibrahim sebagai tempat kami shalat (untuk sebagian dari shalat kami) . Maka turunlah ayat : Jadikanlah olehmu maqam Ibrahim sebagai tempat shalat (shalat dua rakaat ketika thawaf mengelilingi Ka’bah) (QS Al-Baqarah [2] : 125).
2.      Dan ayat suci Al-Qur’an yang berkaitan dengan menyelubungi seluruh tubuh perempuan (hijab), aku berkata, “Ya Rasulullah! Aku berharap anda memerintahkan istri-istri anda untuk menutup seluruh tubuh mereka dari kaum laki-laki (bukan suami atau bukan muhrim nya) karena orang baik dan orang jahat berbicara kepada mereka. Maka ayat tentang hijab pun diturunkan Allah.”6
3.      Sekali waktu istri-istri nabi Muhammad Saw bersekongkol untuk menentangnya dan aku berkata kepada mereka, “Mungkin saja Nabi Saw menceraikan kalian (semua) dan Tuhannya (Allah) akan memberinya istri-istri yang lebih baik dari kalian. Maka ayat suci Al-Qur’an inipun (QS At-Tahrim [66] : 5) di turunkan. [1:395-S.A]

273.                      BAB 26.          Membuang dahak dengan tangan dari dalam masjid
274.                       
264.        Diriwayatkan dari ‘Anas (bin Malik) r.a : Nabi Muhammad Saw melihat onggokan dahak tepat di arah kiblat (pada dinding masjid). Nabi Saw tidak menyukai hal itu dan dengan perasaan jijik yang terlihat di wajahnya yang mulia, Nabi Saw pun bangun dan membuang dahak itu dengan tangannya sendiri dan berkata, “Ketika seseorang mengerjakan shalat, ia sedang berbicara secara pribadi dengan Tuhannya atau Tuhannya berada diantara orang yang sedang mengerjakan shalatnya itu dan menghadap kiblatnya. Maka tak seorangpun di perbolehkan meludah pada arah (antara dirinya dan kiblat) kecuali kearah kiri atau bawah kakinya.” Nabi Muhammad Saw kemudian mengambil ujung pakaiannya dan meludah di dalamnya, kemudian menggulungnya dan berkata, “Atau kamu dapat melakukannya dengan cara seperti ini.” [1:399-S.A.]

275.                      BAB 27.          Tidak diperbolehkan meludah kearah kanan ketika sedang mengerjakan shalat
276.                       
265.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id r.a, hadis tentang meludah (nukhamah), dengan tambahan, “Janganlah meludah kearah kanan.” [1:403-S.A.]

277.                      BAB 28.          Kaffarah (denda) meludah didalam masjid
278.                       
266.        Diriwayatkan dari ‘Anas (bin Malik) r.a : Nabi Muhammad Saw bersabda, “Meludah di dalam masjid adalah sebuah dosa dan kaffarah-nya adalah dengan menguburnya (membuangnya). [1:407-S.A.]

279.                      BAB 29.          Nasihat imam kepada manusia berkenaan dengan kesempurnaan mengerjakan shalat dan berzikir (dengan menghadap) kiblat
280.                       
267.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Apakah kau melihat atau berfikir bahwa wajahku (sedang)menghadap kiblat? Demi Allah, aku dapat melihat kekhusyukan atau rukuk kalian meskipun kalian berada di belakang punggungku.” [1:410-S.A.]

281.                      BAB 30.          Apakah diperbolehkan menyebutkan, “Ini adalah masjid suku si Fulan?”
282.                       
268.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a : Rasulullah Saw memerintahkan untuk (mengadakan) sebuah pacuan kuda ; kuda yang terlatih berlari dari sebuah tempat yang disebut Al-Hafya’ menuju Tsaniyah Al-Wada’ dan kuda-kuda lain yang tidak terlatih berlari dari Al-Tsaniyah menuju masjid suku Zuraiq. (Perawi lain hadis ini menambahkan): ‘Abdullah adalah salah seorang yang ikut ambil bagian dalam pacuan kuda itu. [1:412-S.A.]

283.                      BAB 31.          Pembagian (barang atau harta kekayaan) dan menggantungkan setandan kurma di dalam masjid
284.                       
269.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Sejumlah barang (atau sejumlah harta kekayaan) datang dari Bahrain di persembahkan kepada Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw memerintahkan orang-orang untuk membagikannya di dalam masjid – ini adalah jumlah barang (harta kekayaan) yang terbesar yang pernah diterima Rasulullah Saw. Nabi Saw pergi mengerjakan shalat dan sedikitpun tidak meliriknya. Setelah selesai mengerjakan shalatnya, Nabi Saw duduk di dekat barang-barang (harta kekayaan) itu dan membagikannya kepada setiap orang yang terlihat olehnya. ‘Abbas r.a menemuinya dan berkata, “Ya Rasulullah! Berikanlah padaku pula, karena saya baru saja membayar tebusan untuk diriku dan Aqil.” Rasulullah Saw bersabda kepadanya untuk mengambilnya. Maka ia meletakkan barang-barang itu keatas bajunya dan mencoba untuk membawanya pergi, tetapi ia tak dapat mengangkatnya. Ia berkata, “Ya Rasulullah! Perintahkanlah seseorang untuk membantuku (mengangkatnya)!” Nabi Saw menolak permintaannya. Ia (‘Abbas) pun berkata kepada Nabi Saw : “Apakah anda bersedia membantuku (mengangkatnya)?” Rasulullah Saw menolak permintaan itu. Kemudian ‘Abbas mengeluarkannya sebagian dan mencoba mengangkatnya (namun tidak berhasil). Kemudian (‘Abbas) mengangkatnya keatas bahunya dan pergi. Rasulullah Saw mengikuti kepergian ‘Abbas dengan pandangannya hingga ‘Abbas menghilang dengan rasa heran terhadap ketamakan ‘Abbas, Rasulullah Saw tetap duduk disitu hingga keping mata uang terakhir dibagikan. [1:413-S.A.]

285.                      BAB 32.          Masjid di dalam rumah
286.                       
270.        Diriwayatkan dari Mahmud bin Rabi’ : ‘Irban bin Malik r.a salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw dan seorang Anshar yang ikut ambil bagian dalam perang Badar mengatakan bahwa ia menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Penglihatanku telah kabur, dan aku memimpin kaumku mengerjakan shalat. Pada waktu di kampungku hujan deras, banjir menghalangiku datang ke masjid untuk memimpin mereka mengerjakan shalat. Ya Rasulullah! Aku berharap anda dapat berkunjung kerumahku dan mengerjakan shalat disana sehingga aku dapat menjadikan tempat itu sebagai mushala (tempat untuk mengerjakan shalat). Rasulullah Saw bersabda, “Insya Allah (jika Allah menghendaki), aku akan memenuhi undanganmu.”
‘Itban berkata : Hari berikutnya setelah matahari tergelincir, Rasulullah Saw dan Abu Bakar datang  dan Rasulullah Saw meminta izin untuk masuk. Aku mempersilahkan masuk dan Nabi Saw tidak duduk hingga beliau masuk ke dalam rumahku dan berkata kepadaku, “Dimana anda menghendaki aku mengerjakan shalat?” Aku menunjuk sebuah tempat yang telah dipersiapkan untuk itu. Maka Rasulullah Saw berdiri disana dan berkata, “Allahu Akbar,” dan kami semua berdiri mengerjakan shalat dua rakaat (bermakmum) di belakang Nabi Saw dan mengakhirinya dengan taslim. Kami meminta Nabi Saw tinggal untuk mencicipi khazirah yang telah kami persiapkan untuknya. Semua anggota keluarga kami berkumpul di tengah rumah dan salah seorang dari mereka berkata, “Dimana Malik bin Dukhaisyin atau Ibn Dukhsyun?” Salah seorang dari mereka menjawab, “Ia seorang munafik dan tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Mendengar hal itu Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah berkata (menuduh) seperti itu. Bukankah kalian pernah menyaksikannya berkata, La ilaha illallah, semata-mata karena Allah?” Ia berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Kami melihat dia menolong dan membantu orang-orang munafik.” Rasulullah Saw bersabda, “Allah telah mengharamkan neraka untuk orang-orang yang berkata La ilaha illallah, karen Allah semata.” [1:417-S.A.]


287.                      BAB 33.          Apakah diperbolehkan menggali kuburan orang-orang musyrik pada zaman jahiliyah dan menggunakannya sebagai tempat (mendirikan) masjid?
288.                       
271.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Ummu Habibah dan Ummu Salamah r.a pernah melihat sebuah gereja di Etiopia yang di dalamnya terdapat lukisan-lukisan. Mereka mengatakan hal itu kepada Rasulullah Saw, dan Nabi Saw bersabda, “Jika setiap orang yang taat dalam agamanya dari kalangan mereka meninggal, mereka akan membangun sebuah tempat untuk pemujaan di kuburannya dan membuat lukisan-lukisan tentangnya. Mereka adalah seburuk-buruk mahluk di sisi Allah pada hari kiamat.” [1:419-S.A.]
272.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Ketika Nabi Muhammad Saw tiba di Madinah, Nabi Saw turun dari untanya di bagian atas kota Madinah di tengah-tengah suku yang di sebut Banu ‘Amr bin ‘Auf. Nabi Saw tinggal disana selama empat belas malam. Kemudian suku An-Najjar dikirim (untuk mengawal) Nabi Saw dan mereka datang dengan bersenjatakan pedang-pedang mereka. Seakan-akan (baru saja) aku melihat Nabi Saw duduk diatas rahilah (unta) beriringan dengan Abu Bakar yang berada dibelakangnya dan semua (anggota) suku An-Najjar mengelilingi Nabi Saw hingga Nabi Saw  turun di halaman rumah Abu Ayub. Nabi Muhammad Saw sangat mencintai shalat dan kapanpun waktu shalat tiba Nabi Saw segera mengerjakkannya, bahkan di kandang domba. Di kemudian hari Nabi Saw memerintahkan untuk membangun sebuah masjid dan menemui sebagian orang-orang suku An-Najjar dan berkata kepada mereka, “Wahai suku Najjar! Berapa harga tanahmu ini?” Mereka menjawab, “Tidak! Demi Allah! Kami tidak mengharapkan imbalan untuk tanah ini kecuali dari Allah Swt.” Anas menambahkan : Disana terdapat kuburan orang-orang musyrik, sebagian tanah tidak rata dan terdapat pohon kurma. Nabi Saw memerintahkan membongkar kuburan orang-orang musyrik itu dan meratakan sebagian tanah yang tidak rata dan menebang pohon-pohon kurma. (Kami semua mengerjakan apa yang diperintahkan Nabi Saw). Mereka menggunakan batang-batang pohon kurma yang telah ditebang untuk kiblat masjid (sebagai dinding) dan mereka menggunakan dua buah batu sebagai dinding samping (masjid). Para sahabat Nabi Saw membawa batu-batu itu sambil membaca beberapa baris puisi (syair). Nabi Saw ikut bekerja bersama mereka dan berkata, “Tak ada kebaikan selain hari kiamat Mu ya Allah! Maka berilah maaf kaum Anshar (orang-orang yang menolong) dan kaum Muhajir (orang-orang yang berhijrah).” [1:420-S.A.]

289.                      BAB 34.          Mengerjakan shalat di lapangan unta (tempat-tempat pemberhentian unta)
290.                       
273.        (Diriwayatkan dari Nafi’) :”Aku melihat Ibn ‘Umar mengerjakan shalat dan menyimpan untanya (sebagai sutrah [pembatas])di depannya dan ia berkata, “Aku pernah melihat nabi Muhammad Saw mengerjakan hal yang sama.” [1:422-S.A.]

291.                      BAB 35.          Orang yang mengerjakan shalat di depan tungku atau api dan benda-benda pemujaan lainnya tetapi dia berniat mengerjakan shalatnya semata-mata karena Allah
292.                       
274.        Diriwayatkan dari Anas r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Ketika aku sedang mengerjakan shalat api, (neraka) diperlihatkan Allah di depanku.” [1:51-S.A.]

293.                      BAB 36.          Shalat di kuburan tidak disukai
294.                       
275.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Dirikanlah shalat (nawafil) di rumahmu dan janganlah membuat rumah kalian seperti kuburan.” [1:424-S.A.]

295.                      BAB 37.          Laknat Allah untuk orang yang mendirikan tempat peribadatan diatas kuburan
296.                       
276.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah dan ‘Abdullah bin ‘Abbas r.a : Ketika saat-saat terakhir hidup Rasulullah Saw telah tiba, nabi Muhammad Saw menutupkan khamisah-nya (selimut wol)  ke atas wajahnya dan ketika Nabi Saw merasa gerah dan nafasnya mulai mulai pendek-pendek Nabi Saw mengangkat selimut itu dari wajahnya dan berkata, “Semoga laknat Allah diturunkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka membangun tempat-tempat peribadatan di kuburan nabi-nabi mereka.” (Nabi Saw memperingatkan kaum muslim untuk tidak mengikuti perbuatan mereka). [1:427-S.A.]

297.                      BAB 38.          Perempuan yang tidur di dalam masjid
298.                       
277.        Diriwyatkan dari ‘Aisyah r.a : Ada seorang budak perempuan berkulit hitam milik sebuah suku Arab dan mereka memerdekakan budak itu tetapi ia tetap tinggal bersama mereka. Budak perempuan itu berkata, “Pada suatu hari salah seorang gadis dari suku mereka datang dengan mengenakan selendang kulit berwarna merah berhias batu-batu mulia. Batu itu jatuh, atau ia menyimpannya entah dimana. Seekor burung walet lewat dan melihatnya tergeletak dan menyangkanya sebagai sekerat daging lalu membawanya terbang. Orang-orang mencari batu mulia itu namun tidak berhasil menemukannya. Mereka pun menuduhku mencurinya dan menggeledah tubuhku bahkan menggeledah bagian tubuhku yang terlarang.” Lebih jauh budak perempuan itu berkata, “Demi Allah! Ketika aku berdiri dalam keadaan (teraniaya) itu, burung walet yang sama merenggutkan selendang merah si gadis lewat dan menjatuhkannya di depan mereka. Aku berkata kepada mereka, ‘Inilah yang kalian tuduhkan padaku, sesungguhnya aku tidak bersalah.’”
(‘Aisyah) menambahkan : Budak perempuan itu menemui Rasulullah Saw dan memeluk Islam. Ia memiliki kemah atau sebuah kamar kecil di dalam masjid. Kapanpun ia memanggilku, ia akan berbicara denganku dan kapanpun ia duduk bersamaku, ia akan mengatakan hal ini : “Kasus selendang itu, satu dari sekian keajaiban Tuhanku. Sungguh Ia telah menyelamatkanku dari orang-orang kafir itu.” ‘Aisyah menambahkan : Sekali waktu aku bertanya kepadanya, “Apa yang (sesungguhnya yang pernah) terjadi padamu? Setiap kali kau duduk bersamaku, kau selalu mengucapkan syair itu.” (Mendengar pertanyaanku) ia pun menceritakan seluruh kemalangan yang telah menimpanya itu. [1:430-S.A.]

299.                      BAB 39.          Laki-laki yang tidur di dalam masjid
300.                       
278.        Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d r.a : Rasulullah Saw pernah mengunjungi rumah Fathimah tetapi tidak menemukan ‘Ali disana. Nabi Saw pun bertanya, “Kemana sepupumu?” Fathimah berkata, “Ada sesuatu yang terjadi diantara kami, ia marah kepadaku dan pergi. Ia tidak tidur (siang) di rumah ini.” Nabi Saw memerintahkan seseorang untuk mencari ‘Ali. Kemudian orang tersebut datang dan berkata, “Ya Rasulullah! Ia (‘Ali) tidur di masjid.” Rasulullah Saw pun pergi ke masjid dan menemukan ‘Ali tertidur disana. ‘Rida’-nya (kain yang menutup bagian atas tubuh) jatuh disamping tubuhnya dan debu menyapu tubuhnya. Rasulullah Saw membersihkan debu dari tubuhnya dan berkata :  “bangunlah! Wahai Aba Turab. Bangunlah! Wahai Aba Turab.” (Secara harfiah Aba Turab berarti “Ayah sang debu.” [1:432-S.A.]

301.                      BAB 40.          Ketika seseorang masuk ke dalam masjid, sebelum duduk ia harus mengerjakan shalat dua rakaat terlebih dahulu
302.                       
279.        Diriwayatkan dari Abu Qatadah Assulami r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Siapapun diantara kalian yang masuk kedalam masjid, shalatlah dua rakaat sebelum duduk.”

303.                      BAB 41.          Bangunan Masjid Nabi
304.                       
280.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a : Pada masa hidup Rasulullah Saw masjid (nabi) di bangun dari bata-bata jemuran, atapnya di buat dari daun-daun pohon kurma dan pilar-pilarnya di buat dari batang-batang pohon kurma. Abu Bakar tidak membuat perubahan terrhadap masjid itu. ‘Umar memperluasnya dengan bahan-bahan yang sama seperti ketika masjid itu pertama kali dibangun pada zaman Rasulullah Saw dengan menggunakan bata-bata jemuran, daun-daun kurma dan mengubah bahan pilar-pilarnya dengan kayu. ‘Utsman mengubahnya dan memperluasnya dan membangun dinding-dindingnya dengan (campuran) batu-batu pahatan dan kapur dan pilar-pilarnya di buat dari batu-batu yang diukir sedangkan atapnya dibuat dari kayu jati. [1:437-S.A.]

305.                      BAB 42.          Gotong-royong membangun masjid
306.                       
281.        Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri pada suatu hari ia berceramah, ketika pembicaraannya sampai pada topik pembangunan masjid (Nabawi) is berkata, “Pada saat kami (masing-masing) membawa sebuah bata, sementara ‘Ammar membawa dua. Ketika melihat ‘Ammar, Nabi Saw menepis debu dari tubuhnya dan berkata, ‘Semoga Allah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada ‘Ammar, ia akan di bunuh oleh kelompok durhaka, ia mengajak mereka ke jalan surga, tetapi mereka mengajaknya ke jalan neraka.’ ‘Ammar berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari al-fitan (berbagai fitnah)”’ [1:438-S.A.]

307.                      BAB 43.          Keutamaan orang yang membanngun masjid
308.                       
282.        (Diriwayatkan dari ‘Ubaidullah Al-Khaulani) : Aku pernah mendengar ‘Utsman r.a berkata ketika orang berdebat berlebihan perkara niatnya membangun kembali masjid Rasulullah Saw, “Kalian bicara berlebihan. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Siapapun yang membangun masjid dengan niat karena Allah, Allah akan membangunkan untuknya sebuah tempat yang serupa di dalam surga.’” [1:441-S.A.]

309.                      BAB 44.          Orang melewati masjid dan membawa anak panah
310.                       
283.        Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah r.a : “Seorang laki-laki lewat di depan masjid membawa panah. Rasulullah Saw bersabda kepada laki-laki itu, “Pegang anak-anak panah itu pada bagian kepalanya.’” [1:442-S.A.]

311.                      BAB 45.          Diperbolehkan lewat melalui (bagian dalam) masjid
312.                       
284.        Diriwayatkan dari Abu Musa r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Siapapun yang melewati masjid-masjid atau pasar-pasar kami dengan membawa anak panah, haruslah memegang anak-anak panah itu pada bagian kepalanya agar tidak melukai perasaan (menyinggung) seorang Muslim.” [1:443-S.A.]

313.                      BAB 46.          Membaca puisi di dalam masjid
314.                       
285.        Diriwayatkan dari Hassan bin Tsabit (Al-Anshari) r.a : Aku bertanya kepada Abu Hurairah, “Demi Allah! Katakan padaku apakah benar Rasulullah Saw pernah bersabda, ‘Wahai, Hassan! Jawablah, untuk membela, dengan nama Rasul Allah. Wahai, Allah! Bantulah dia dengan Ruh Al-Qudus.’” Abu Hurairah berkata, “Benar” [1:444-S.A.]

315.                      BAB 47.          Kehadiran pelempar tombak (berikut tombak-tombak miliknya) di dalam masjid
316.                       
286.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Pada suatu hari aku melihat Rasulullah Saw di depan pintu rumahku ketika pada waktu yang bersamaan orang-orang Etiopia bermain di dalam masjid (memamerkan keahlian mereka melempar tombak). Rasulullah Saw menyelubungiku dengan rida’-nya (kain penutup bagian atas) sehingga aku dapat menyaksikan permainan mereka. Di dalam kutipan yang lain disebutkan, “Bermain-main dengan tombak mereka.” [1:445-S.A.]

317.                      BAB 48.          Menagih utang di dalam masjid
318.                       
287.        Diriwayatkan dari Ka’b bin Malik r.a : Di dalam masjid aku meminta Abi hadrad membayar utangnya kepadaku dan suara kami terdengar keras. Rasulullah Saw yang saat itu sedang berada di rumahnya mendengar suara kami. Nabi Saw mendatangi kami dengan menyibakkan tirai kamarnya dan berkata, “Wahai Ka’b!” Aku menjawab, “Labbaik, ya Rasulullah!” Nabi Saw bersabda, “Wahai Ka’b! kurangkanlah hutangmu (hingga setengah, dengan isyarat tangannya yang mulia.)” Aku berkata, “Ya Rasulullah! Telah kulakukan.” Kemudia Rasulullah Saw bersabda, (Kepada Ibn Abi Hadrad), “Bangunlah dan bayar utangmu kepadanya.” [1:447-S.A.]

319.                      BAB 49.          Menyapu masjid dan menyapu kain-kain perca, kotoran, dan ranting-ranting di dalamnya
320.                       
288.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Seorang laki-laki berkulit hitam atau seorang perempuan berkulit hitam, yang biasa membersihkan masjid meninggal dunia. Nabi Muhammad Saw bertanya tentangnya. Beliau diberi tahu bahwa ia telah meninggal dunia. Nabi Saw bersabda, “Mengapa aku tidak diberi kabar? Tunjukkan padaku kuburnya.” Maka Nabi Saw pergi ke kuburnya dan mengerjakan shalat (jenazah) untuknya. [1:448-S.A.]

321.                      BAB 50.          Pengharaman memperdagangkan minuman beralkohol (khamr) diumumkan di dalam masjid
322.                       
289.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Ketika ayat-ayat Surah Al-Baqarah tentang riba’ diturunkan, Nabi Saw pergi ke masjid dan membacakan ayat-ayat suci itu di hadapan mereka dan melarang perdagangan minuman beralkohol. [1:449-S.A.]

323.                      BAB 51.          Mengikat tahanan atau orang yang berutang di dalam masjid
324.                       
290.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Tadi malam jin ‘Ifrit datang padaku dan berusaha mengganggu shalatku tetapi Allah memberiku kemampuan untuk menguasainya. Aku ingin mengikatnya di salah satu pilar masjid sehingga kalian dapat melihatnya keeesokan paginya, tetapi aku teringat kata-kata saudaraku Sulaiman, (seperti di nyatakan dalam Al-Qur’an) : Ya Tuhanku! Ampunilah aku dan berilah aku kerajaan yang tiada seorangpun sesudahku patut memilikinya. Sungguh kau adalah Maha Pemberi (rahmat berlimpahan). (QS Shad [38] : 35) [1:450(B)-S.A.]

325.                      BAB 52.          Mendirikan tenda di dalam masjid untuk merawat orang sakit
326.                       
291.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Pada suatu hari saat berlangsungnya Perang Khandaq (Perang Parit) arteri atau urat halus lengan Sa’d (bin Mu’adz) terluka dan Nabi Muhammad Saw mendirikan tenda di dalam masjid untuk merawatnya. Di sana ada tenda lain milik suku Ghifar dan darah mengalir dari tenda Sa’d ke arah tenda milik suku Ghifar. Mereka berteriak, “Wahai pemilik tenda! Apa yang datang dari tenda anda ini?” Mereka melihat Sa’d mengalami pendarahan serius dan iapun meninggal di dalam tenda itu. [1:452-S.A.]

327.                      BAB 53.          Membawa unta ke dalam masjid, apabila diperlukan
328.                       
292.        Diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a : Aku mengeluh kepada Rasulullah Saw bahwa aku sakit. Beliau menyuruhku untuk mengerjakan thawaf di belakang orang-orang sambil menunggangi (unta). Maka kulakukan perintah Rasulullah Saw dan mengerjakan shalat di belakang Ka’bah dengan membaca surah At-Thur, di mulai dengan ayat ini : Demi bukit (Thur), demi kitab yang tertulis (QS At-Thur [52] : 1-2) [1:453-S.A.]

329.                      BAB 54.          Dua sahabat Nabi yang dibimbing oleh cahaya
330.                       
293.        Diriwayatkan dari Anas (bin Malik) r.a : Pada sebuah malam yang gelap, dua orang sahabat nabi Muhammad Saw terpisah dari Nabi Saw dan (perjalanan mereka berdua) dibimbing dua berkas cahaya bagai lentera (berjalan di depan mereka, sebagai keajaiban dari Allah) menerangi jalan yang dilalui mereka, dan ketika mereka berdua berpisah, masing-masing di dampingi oleh satu berkas cahaya sampai mereka tiba di rumahnya masing-masing. [1:454-S.A.]

331.                      BAB 55.          Al-Khaukhah (sebuah pintu kecil) dan jalan di dalam masjid
332.                       
294.        Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-khudri r.a : Nabi Muhammad Saw sedang berkhutbah dan berkata, “Allah memberikan pilihan kepada salah seorang hamba-Nya apakah memilih dunia ini atau memilih bersama-Nya di hari kemudian. Ia memilih bersama-Nya di hari kemudian.” (Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis. Aku berkata kepada diriku sendiri, “Mengapa syaikh ini menangis, jika Allah memberikan pilihan kepada salah seorang dari hamba-Nya apakah memilih dunia ini ataukah memilih bersama-Nya di hari kemudian?” Dan hamba itu adalah Rasulullah Saw sendiri. Abu Bakar lebih mengerti dari pada kami. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Abu Bakar! Jangan menangis.” Nabi Saw menambahkan, “Abu Bakar adalah orang yang paling menyayangiku dengan persahabatan dan harta miliknya. Seandainya aku mengambil seorang khalil8 dari manusia, niscaya aku akan memilih Abu Bakar (sebagai khalil-ku) tetapi persaudaraan (ukhuwah) dan pershabatan dengan kasih sayang (mawaddah) di dalam Islam lebih penting. Tutuplah seluruh pintu di dalam masjid kecuali untuk Abu Bakar.” [1:455-S.A.]
295.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a : Dalam keadaan sakit parah Rasulullah Saw datang dengan selembar kain menutupi kepalanya yang mulia dan duduk diatas mimbar. Setelah berdoa dan besyukur kepada Allah, Nabi Saw bersabda, “Tak ada yang lebih menyayangiku dengan pershabatan dan hartanya dari Abu Bakar bin Abi Quhafah. Seandainya aku mengambil Abu Bakar sebagai khalil-ku. Namun persaudaraan Islam lebih penting. Tutuplah semua khaukhah (pintu-pintu kecil) di dalam masjid kecuali untuk Abu Bakar.” [1:456-S.A.]

333.                      BAB 56.          Pintu-pintu, kunci-kunci Ka’bah, dan masjid-masjid
334.                       
296.        (Diriwayatkan dari Nafi’) : Ibn ‘Umar pernah berkata : Nabi Muhammad Saw tiba di Makkah dan menyuruh memanggil ‘Utsman bin Thalhah. Ia membuka pintu Ka’bah lalu Nabi Saw, Bilal, Usamah bin Zaid, dan ‘Utsman bin Thalhah masuk ke dalam Ka’bah dan kemudian mengunci pintu Ka’bah (dari dalam). Mereka tinggal disana selama satu jam, kemudian keluar dari sana.” Ibn ‘Umar menambahkan, “Aku cepat-cepat menemui Bilal dan bertanya kepadanya (apakah Rasulullah Saw mengerjakan shalat di dalam Ka’bah). Bilal menjawab, “Nabi Saw mengerjakan shalat di dalam Ka’bah.” Aku bertanya, “Dimana?” Ia menjawab, “Diantara dua pilar.” Ibn ‘Umar menambahkan, “Aku lupa menanyakan berapa rakaat (Nabi Saw) mengerjakan shalat di dalam Ka’bah.” [1:457-S.A.]

335.                      BAB 57.          Majelis keagamaan di dalam masjid
336.                       
297.        (Diriwayatkan dari Nafi’) : Ibn ‘Umar pernah berkata : “Ketika nabi Muhammad Saw berada diatas mimbar, seorang lelaki bertanya perkara shalat malam. Nabi Saw menjawab, ‘Kerjakan dua rakaat dalam satu waktu (satu malam) lalu dua rakaat, kemudian dua rakaat, dan seterusnya, dan jika kau khawatir terhadap datangnya fajar (waktu shalat malam berdekatan dengan waktu shalat subuh) shalatlah satu rakaat dan itu merupakan penutup seluruh shalatmu yang telah kau kerjakan.” Ibn ‘Umar berkata, “Akhirilah shalat malam mu (tahajud) dengan shalat witr (yang ganjil rakaatnya), oleh karena nabi Muhammad Saw mengerjakan hal yang sama.” [1:461-S.A.]

337.                      BAB 58.          Berbaring (terlentang) di dalam masjid
338.                       
298.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Zaid Al-Anshari r.a bahwa ia pernah melihat nabi Muhammad Saw berbaring terlentang di dalam masjid, meletakkan sebelah kakinya pada sebelah kakinya yang lain. [1:464-S.A.]

339.                      BAB 59.          Mengerjakan shalat di dalam masjid pasar
340.                       
299.        Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Mengerjakan shalat berjamaah (berpahala) dua puluh lima kali lipat dibandingkan mengerjakan shalat sendiri di dalam rumah atau mengerjakan shalat di pusat perdagangan (pusat perbelanjaan), karena jika seseorang berwudhu dengan sempurna kemudian pergi menuju masjid dengan niat mengerjakan shalat, untuk setiap langkah yang dia ayunkan dalam perjalanannya ke masjid, Allah akan memberinya satu pahala dan memaafkan satu dosanya hingga ia masuk ke dalam masjid. Ketika ia sudah berada di dalam masjid dan ia mengerjakan shalat dan pada saat itu ia duduk menunggu untuk mengerjakan shalat (berjamaah), para malaikat akan memohonkan ampunan Allah untuknya dan mereka (para malaikat) berkata, “Ya Allah! Kasihilah ia. Ampunilah ia. Selama ia menunggu mengerjakan shalatnya dan (selama ia) tidak berhadats.” [1:466-S.A.]

341.                      BAB 60.          Menangkupkan telapak tangan di dalam masjid
342.                       
300.        Diriwayatkan dari Abu Musa r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Orang beriman dengan orang beriman lainnya ibarat batu-bata sebuah tembok yang saling menguatkan satu sama lain.” Ketika mengatakan hal itu Nabi Saw menangkupkan kedua (telapak) tangannya (dengan kuat) dan mengeratkan jari-jemari tangannya.” [1:468-S.A.]
301.        (Diriwayatkan dari Ibn Sirin): Abu Hurairah pernah berkata, “Rasulullah Saw memimpin kami mengerjakan shalat isya’ dengan dua (rakaat).” (Abu Hurairah menambahkan), “Nabi Saw mengerjakan shalat dua rakaat dan menutupnya dengan taslim. Nabi Saw berdiri di dekat sebatang kayu yang melintang di dalam masjid dan dan bersandar diatasnya dengan cara yang menunjukkan bahwa Nabi Saw sedang marah. Kemudian Nabi Saw meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya dan menangkupkan (telapak) tangannya dan merekatkan jari-jemari tangannya, lalu menyentuhkan pipi kanan keatas punggung (telapak) tangan kirinya. Orang-orang yang terburu-buru meninggalkan masjid melalui pintu-pintunya. Mereka heran apakah (jumlah rakaat) shalat (isya’) telah dikurangi. Dan diantara mereka terdapat Abu Bakar dan ‘Umar, tetapi mereka berdua segan untuk menanyakan hal itu kepada Nabi Saw.
Seorang lelaki berlengan panjang yang biasa dipanggil Dzul Yadain bertanya kepada Nabi Saw, ‘Ya Rasulullah!Apakah engkau lupa ataukah (jumlah rakaat) shalat telah dikurangi?’ Nabi Muhammad Saw menjawab, ‘Aku tidaklah lupa dan shalat tidaklah dikurangi.’ Nabi Muhammad Saw bertanya, ‘Apakah yang dikatakan Dzul Yadain benar?’ Orang-orang berkata, ‘Benar’. Nabi Saw berdiri, dan melengkapkan (rakaat) shalat yang tersisa, karena Nabi Saw lupa, dan mengucapkan taslim. Kemudian mengatakan ‘Allahu Akbar’ ; Setelah itu Nabi Saw bersabda, ‘Allahu Akbar’, dan sujud (dua kali) sebagaimana bila ia bersujud atau sedikit lebih lama dari itu. Kemudian Nabi Saw mengangkat kepalanya dan berkata, ‘Allahu Akbar’. Lalu mengucapkan taslim.” [1:469-S.A.]

343.                      BAB 61.          Masjid di sebuah jalan menuju Madinah dan tempat-tempat Nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat
344.                       
302.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a bahwa ia mengerjakan shalat di berbagai tempat dalam perjalanannya dan berkata, “Bahwa ia pernah melihat Nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat di tempat-tempat ini.” [1:470-S.A.]
303.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar : “Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah singgah di Dzulhulaifah ketika umrah. Ketika haji pun beliau singgah di bawah pohon Samurah di sekitar tempat masjid yang berada di Dzulhulaihah. Apabila kembali dari peperangan, haji, atau umrah, beliau menuruni lembah yang berada di jalan itu. Apabila telah sampai di lembah itu, beliau menuruni untanya di saluran air sungai yang berada di pinggir lembah bagian timur, kemudian beristirahat di tempat itu hingga waktu subuh.” Di tempat itu, tidak ada masjid yang di bangun dari batu dan tidak ada pula masjid yang berdiri diatas bukit. Disana, ada sebidang tanah yang menjorok ke sungai yang di pakai shalat oleh Ibn ‘Umar, di lembahnya terdapat tumpukan pasir. Rasulullah Saw pernah shalat di tempat tersebut. Tiba-tiba tumpukan pasir itu terbawa hanyut oleh air sungai tersebut, hingga tempat shalat yang dipakai Ibn ‘Umar tertimbun air. [1:471-S.A]
304.        Ibn ‘Umar menceritakan bahwa Nabi Saw mengerjakan shalat di suatu masjid kecil, lebih kecil daripada masjid di tempat yang tinggi di Rauha’. Ibn ‘Umar mengetahui tempat dimana Nabi Saw shalat di dalamnya. Dia berkata, “Disanalah tempat itu, disebelah kanan ketika kamu mengerjakan shalat di dalam masjid, dan masjid itu terletak di pinggir jalan sebelah kanan jika kamu berangkat ke Makkah. Jarak antara masjid kecil itu dengan masjid yang besar seperti satu lemparan batu.”
305.        Ibn ‘Umar mengerjakan shalat di sebuah bukit dekat tempat permulaan Rauha’. Ujung bukit itu terletak tepat diatas sebuah jalan, di bawahnya ada sebuah masjid. Masjid terletak diantara bukit itu dan Rauha’ jika menuju Makkah. Di tempat itu telah di bangun sebuah masjid, tetapi Ibn ‘Umar tidak shalat di masjid itu, ia meninggalkan masjid itu melalui jalan belakang dan shalat di depan masjid, yakni di bukit yang disebut di atas. Ibn ‘Umar pulang dari Rauha’ tanpa shalat zuhur terlebih dahulu hingga sampai ke tempat tersebut dan shalat zuhur disana. Apabila datang dari Makkah dan melewati tempat tersebut sebelum subhu atau menjelang fajar, ia beristirahat dahulu hingga mengerjakan shalat subuh disana.
306.        Ibn ‘Umar menceritakan bahwa Nabi Saw singgah di bawah pohon besar dekat Ruwaitsah. Pohon tersebut terletak disebelah kanan jalan dan menghadap jalan yang luas. Beliau terus melanjutkan perjalanan hingga keluar dari suatu tempat yang tinggi, jaraknya dua mil dari Ruwaitsah. Bagian atas tempat itu telah roboh, lalu membengkok ke dalam jurangnya dan berdiri tegak diatas saluran air sungai. Di dalam saluran itu terdapat tumpukan pasir yang banyak.
307.        Ibn ‘Umar menceritakan bahwa Nabi Saw shalat di ujung sebuah saluran air yang terletak di belakang ‘Arj jika menuju Hadhbah. Disana terdapat dua atau tiga kuburan, diatas kuburan-kuburan tersebut terdapat tumpukan batu. Apabila pulang dari ‘Arj setelah matahari tergelincir pada siang hari, Ibn ‘Umar beristirahat diantara batu-batu jalan tersebut dan shalat zuhur di tempat itu.
308.        Ibn ‘Umar menceritakan bahwa Rasulullah Saw singgah di dekat pepohonan sebelah kiri jalan dekat saluran air Harsya. Saluran air itu bertemu dengan ujung Harsya. Jarak antara saluran air itu dengan jalan kira-kira satu lemparan anak panah. Ibn ‘Umar mengerjakan shalat di bawah pohon tertinggi yang paling dekat ke jalan.
309.        Ibn ‘Umar menceritakan bahwa Nabi Saw singgah di dekat saluran yang terdekat dengan Marr Zhahran, menghadap Madinah, ketika kembali dari Shafrawat. Saluran itu berada disebelah kiri jalan jika menuju ke Makkah. Jarak tempat singgah Rasulullah Saw dengan jalan itu hanya satu lemparan batu.
310.        Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a : Ketika telah mendekati kota Makkah, Nabi Muhammad Saw turun di Dzi-Thuwa9 (Sebuah tempat dekat Makkah) dan menginap semalam disana. Tempat nabi Muhammad Saw mengerjakan shalat di dekat bukit besar, dan bukan di dalam masjid yang kemudian hari dibangun, tetapi di sebuah tempat yang lebih rendah dari itu, diatas sebuah bukit besar.
311.        Ibn ‘Umar menceritakan bahwa Nabi Saw menghadap kedua celah sebuah gunung tinggi mengarah ke Ka’bah. Disana Nabi Saw mendirikan sebuah masjid. Masjid tersebut terletak disebelah masjid yang berada diujung bukit. Tempat yng di pakai shalat oleh Nabi Saw adalah yang terletak diatas bukit hitam yang jaraknya dengan tersebut kurang lebih sepuluh hasta. [1:471-S.A.] []

BEBERAPA KETERANGAN PERIHAL SUTRAH ORANG-ORANG YANG SHALAT

345.                      BAB 1.            Sutrah10 seorang imam adalah sutrah bagi makmum
346.                       
312.        Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a : Setiap kali Rasulullah Saw keluar pada hari raya ‘Id, Nabi Saw memerintahkan untuk memancangkan di hadapannya sebuah harbah (lembing pendek) sebagai sutrah bagi shalatnya, kemudian Nabi Saw mengerjakan shalat menghadap kearahnya  dan orang-orang (bermakmum) di belakangnya. Nabi Saw pun melakukan hal yang sama bila dalam perjalanan. Setelah nabi Muhammad Saw meninggal dunia, praktik ini diikuti oleh para pemimpin Muslim (yang mengikuti sunnahnya). [1:473-S.A]
313.        Diriwyatkan dari Abu Juhaifah r.a : “Nabi Muhammad Saw memimpin kami mengerjakan shalat, dua rakaat shalat zuhur, lalu dua rakaat shalat ashar di Al-Bathha dengan ‘anazah11 (di tanamkan) di hadapannya (sebagai sutrah), para perempuan dan keledai-keledai lewat di hadapannya (di luar ‘anazah itu). (Lihat ath Al-Bari, Vol. II hal. 120). [1:474-S.A.]

347.                      BAB 2.            Apakah harus terdapat jarak antara orang yang mengerjakan shalat dengan sutrah-nya?
348.                       
314.        Diriwayatkan dari Sahl (bin Sa’d) r.a : Jarak antara tempat Rasulullah Saw mengerjakan shalat dengan dinding adalah jarak yang cukup untuk dilalui seekor kambing. [1:475-S.A.]

349.                      BAB 3.            Mengerjakan shalat dengan menggunakan ‘anazah sebagai sutrah
350.                       
315.        Diriwayatkan dari Anas (bin Malik) : Setiap kali nabi Muhammad Saw pergi untuk buang hajat, aku dan anak-anak seusiaku mengikuti di belakangnya dengan membawa sebatang tongkat atau ‘anazah dan segayung air. Dan ketika Nabi Saw selesai buang hajatnya kami membawa air itu kepadanya. [1:479-S.A.]
351.                      BAB 4.            Mengerjakan shalat di hadapan sebuah pilar (tiang)
352.                       
316.        Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ : Aku pernah mengerjakan shalat di belakang pilar yaitu di dekat tempat mushhaf (Al-Qur’an) disimpan. (Yazid, perawi lain hadis ini) berkata, “Wahai Abu Muslim! Aku selalu melihat anda mencari tempat shalat di belakang pilar ini.” Ia menjawab, “Aku selalu melihat Rasulullah Saw selalu mencari tempat di belakang pilar itu.” [1:481-S.A.]

353.                      BAB 5.            Mengerjakan shalat sendiri di antara pilar
354.                       
317.        Diriwayatkan dari (Nafi’) : Ibn ‘Umar pernah berkata, “Rasulullah Saw masuk kedalam Ka’bah. Aku bertanya kepada Bilal (ketika ia keluar), ‘Apa yang Rasulullah Saw kerjakan?’ Ia menjawab, ‘Rasulullah Saw mengerjakan shalat dengan sebuah pilar di sebelah kirinya, sebuah pilar di sebelah kanannya, dan tiga buah pilar di belakangnya.’ Pada waktu itu Ka’bah disangga dengan enam buah pilar.” Dalam kutipan yang lain, (Malik berkata), ada dua pilar disamping kanan Rasulullah Saw.” [1:484-S.A.]

355.                      BAB 6.            Mengerjakan shalat di depan rahilah (kuda tunggangan), seekor unta, sebuah pohon atau pelana unta (sebagai sebuah sutrah)
356.                       
318.        (Diriwayatkan dari Nafi’) : Ibn ‘Umar pernah berkata, “Rasulullah Saw biasa mendudukkan untanya melintang di hadapannya (sebagai sebuah sutrah), kemudian beliau mengerjakan shalat. Aku bertanya, ‘Apa yang akan dilakukan Rasulullah Saw jika unta itu bangkit atau bergerak?’ Ia berkata, Nabi Saw akan mengambil pelana unta itu, meletakkannya di hadapannya, dan mengerjakan shalat di hadapannya (sebagai sebuah sutrah).’ Dan Ibn ‘Umar pernah mengerjakan hal yang sama.” (Hal ini mengisyaratkan bahwa seseorang harus mengerjakan shalat di belakang sebuah sutrah). [1:485-S.A.]

357.                      BAB 7.            Mengerjakan shalat di depan tempat tidur
358.                       
319.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Apakah anda menyamakan kami dengan anjing atau keledai? Ketika aku sedang berbaring di tempat tidurku, nabi Muhammad Saw datang dan mengerjakan shalat menghadap bagian tengah tempat tidur. Aku menganggap adalah tidak santun berada di depan Nabi Saw ketika Nabi Saw sedang mengerjakan shalat. Maka tanpa berisik dan perlahan-lahan aku menghindar dari kaki tempat tidur hingga aku beranjak dari selimutku. [1:486-S.A.]

359.                      BAB 8.            Orang yang sedang mengerjakan shalat hendaklah menolakkan orang yang lewat di depannya
360.                       
320.        (diriwayatkan dari Abu’ Shalih) : Aku pernah melihat Abu Sa’id Al-Khudri r.a mengerjakan shalat pada hari jum’at, di belakang sesuatu yang digunakan sebagai sebuah sutrah. Seorang anak muda dari suku Abi Mu’ait lewat tepat di hadapannya (diantara Abu Sa’id dan sutrahnya), dan Abu Sa’id menolakkan anak muda itu dengan menekan bahunya. Karena tidak menemukan jalan lain si anak muda kembali mencoba lewat di depannya dan Abu Sa’id menolakkannya dengan tenaga yang lebih keras. Anak muda itu marah dan pergi mengadukan Abu Sa’id kepada Marwan. Abu Sa’id mengikuti anak muda menemui Marwan yang berkata kepadanya, “Wahai Abu Sa’id! Apa yang terjadi antara engkau dan anak saudaramu ini?” Abu Sa’id berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Jika salah seorang diantara kalian sedang mengerjakan shalat dibelakang sesuatu yang digunakan sebagai sutrah dan seseorang mencoba lewat di hadapannya (antara orang yang mengerjakan shalat dan sutrah-nya), maka ia harus menolakkannya dan apabila ia menolak (diperlakukan demikian) maka tolaklah dengan tenaga yang lebih besar sebab ia adalah setan.” [1:488-S.A.]

361.                      BAB 9.            Dosa seseorang yang lewat di hadapan orang yang sedang mengerjakan shalat
362.                       
321.        Diriwayatkan dari Abu Juhaim r.a : Rasulullah Saw pernah bersabda, “Seandainya orang yang lewat didepan orang yang sedang mengerjakan shalat tahu betapa besar dosanya (karena perbuatan itu), maka menunggu selama 40 lebih baginya daripada memaksa lewat (didepan orang yang sedang mengerjakan shalat).” (Abu An-Nadzr) berkata, “Aku tidak ingat dengan pasti apakah yang dikatakan Nabi Saw itu 40 hariatau 40 bulan atau 40 tahun.” [1:489-S.A.]

363.                      BAB 10.          Mengerjakan shalat dibelakang orang yang sedang tidur
364.                       
322.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a : Nabi Muhammad Saw pernah mengerjakan shalat ketika aku tidur terlentang di tempat tidurnya, di hadapannya. Da setelah itu, ketika Nabi Saw akan mengerjakan shalat witr, Nabi Saw membangunkanku dan akupun mengerjakan shalat witr. [1:491-S.A.]

365.                      BAB 11.          Menggendong anak perempuan ketika sedang shalat
366.                       
323.        Diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari r.a : Rasulullah Saw pernah mengerjakan shalat sambil menggendong Umamah, anak perempuan Zainab r.a (putri Nabi Saw) dengan Abu Al-‘Ash bin Rabi’ bin ‘Abdusy-Syams. Ketika Nabi Saw sujud, Nabi Saw menurunkan Umamah dari gendongannya, dan ketika Nabi Saw berdiri, Nabi Saw menggendongnya. [1:495-S.A.]

367.                      BAB 12.          Seorang perempuan boleh membuang sesuatu yang menyerang atau mengganggu orang yang sedang mengerjakan shalat
368.                       
324.        Hadis yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud tentang doa nabi Muhammad Saw (agar laknat Allah ditimpakan) terhadap orang-orang Quraisy yang meletakkan isi perut bangkai binatang (di atas punggung Nabi Saw ) ketika Nabi Saw sedang bersujud (lihat hadis no. 178). (Ibn Mas’ud berkata bahwa) tubuh mereka (orang-orang Quraisy yang disebut dalam doa Nabi Saw dan mati dalam perang Badr) diseret dan dilemparkan ke dalam qalib (sumur) dan Rasulullah Saw bersabda, “Laknat Allah telah diturunkan kepada penghuni qalib.” [1:499-S.A.] []

No comments:

Post a Comment