Sunday, November 13, 2011

VII. KITAB TENTANG TAYAMUM1



BAB 1.      Dan apabila kamu tidak menemukan air, maka bertayamum lah dengan tanah yang baik, dan sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan (tanah itu). Allah bukan hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak mensucikan kamu, dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Ma’idah [5] :6).

223.        Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a, istri nabi Muhammad Saw : Kami menyertai nabi Muhammad Saw dalam salah satu perjalanannya hingga ketika kami tiba di Al-Baida atau Dzatul-Jaisy, kalungku putus (dan hilang). Rasulullah Saw berhenti disana untuk mencarinya, dan juga orang-orang yang bersamanya. Tak ada air ditempat itu, maka orang-orang pun menemui Abu Bakar r.a dan berkata, “Tidakkah kau lihat apa yang telah dilakukan ‘Aisyah? Ia menyebabkan Rasulullah Saw berhenti dan orang-orang berhenti di tempat yang tidak ada airnya dan mereka tidak menemukan air.” Abu Bakar r.a datang ketika Rasulullah Saw datang ketika Rasulullah Saw sedang tidur di atas pangkuanku. Ia berkata, “Kau telah menyebabkan Rasulullah Saw dan orang-orang yang bersamanya berhenti di tempat yang kering dan mereka tidak menemukan air.” Maka ia menegurku dan mulai mencaci-maki ku dan memukul lambungku. Tidak ada yang dapat mencegahku dari tindakan itu kecuali letak (tidur) Rasulullah Saw diatas pahaku. Rasulullah Saw bangun ketika fajar tiba dan disana tidak ada air. Begitulah, Allah menurunkan ayat-ayat suci tentang tayamum. Maka mereka semua pun bertayamum. Usaid bin bin Hudhair berkata, “Wahai keluarga Abu Bakar! Ini bukanlah berkah yang pertama untuk keluarga kalian!”
Kemudian unta yang menjadi tungganganku disuruh berdiri untuk bergerak dari tempat itu, dan kalung itu ditemukan berada dibawahnya. [1:330-S.A.]
224.        Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah r.a : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Kepadaku telah diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada orang lain sebelumku :
1.      Allah Swt memberikan kemenangan kepadaku dengan rasa keterpesonaan. (Dia musuh-musuhku ketakutan) dari sebuah jarak yang jauh dalam sebuah perjalanan satu bulan.
2.      Bumi dijadikan untukku (dan umatku) sebagai sebuah tempat untuk mengerjakan shalat dan menjadi sebuah wahana untuk membersihkan (tmengerjakan tayamum), oleh karena itu semua umatku dapat mendirikan shalat dimanapun ia tengah berada, apabila waktu shalat telah tiba.
3.      Harta rampasan dihalalkan (sah secara hukum) untukku dan tidak dihalalkan kepada orang-orang sebelumku.
4.      Aku diperkenankan memberikan syafa’ah (pada hari kiamat).
5.      Setiap Nabi diutus hanya kepada bangsanya sendiri, tetapi aku diutus kepada seluruh umat manusia. [1:331-S.A.]

BAB 2.      Tayamum (diperbolehkan) kepada seseorang yang sedang tidak melakukan perjalanan apabila tidak ada air dan ketika seseorang takut waktu shalatnya lewat

225.        Diriwayatkan dari Abu Juhaim Al-Anshari r.a : Nabi Muhammad Saw datang dari arah Bi’r Jamal. Seorang lelaki menemui Nabi Saw dan mengucapkan salam. Tetapi beliau tidak menjawab salam kepada orang tersebut hingga ia pergi menuju sebuah tembok dan menggosokkan kedua (telapak) tangannya dan (mengusap) wajahnya dengan debunya (mengerjakan tayamum) dan lalu menjawab salam. [1:333-S.A.]

BAB 3.      Dapatkah seseorang meniup debu dari kedua (telapak) tangannya ketika bertayamum (sebelum mengusapkannya ke wajahnya)

226.        Diriwayatkan dari ‘Ammar bin Yasir r.a : “Ingatkah engkau ketika kau dan aku (sedang dalam keadaan junub) bersama-sama dalam sebuah perjalanan dan kau tidak mengerjakan shalat dan aku berguling-guling diatas tanah dan mengerjakan shalat? Aku memberitahukan kejadian ini kepada Rasulullah Saw dan Nabi Saw bersabda, ‘Cukuplah bagimu berbuat seperti ini.’” Nabi Muhammad Saw kemudian menekankan (kedua telapak tangannya) dengan ringan keatas tanah lalu meniupnya dan mengusapkan debu itu ke wajah dan kedua belah tangannya yang mulia. [1:334-S.A]

BAB 4.      Tanah (debu) yang bersih sudah cukup bagi seorang muslim sebagai pengganti wudhu (apabila tidak dapat menemukan air)

227.        Diriwayatkan dari ‘Imran bin Hushain Al-Khuza’I r.a : Sekali waktu kami mengadakan perjalanan bersama Nabi Muhammad Saw. Kami terus berjalan hingga dini hari dan kemudian kami (berhenti di sebuah tempat) dan tertidur (nyenyak). Tak ada yang lebih menyenangkan bagi orang yang melakukan perjalanan selain tidur nyenyak pada bagian terakhir malam hari. Cahaya matahari yang panas membangunkan kami dan yang pertama kali bangun adalah si Fulan kemudian si Fulan, lalu si Fulan (‘Auf, yang meriwayatkan hadis ini, mengatakan bahwa Abu Raja’ menceritakan nama-nama itu kepadanya tetapi ia telah lupa) dan orang keempat yang bangun adalah ‘Umar bin Khaththab. Hingga saat itu Rasulullah Saw masih tertidur, tak seorangpun yang berani membangunkan Nabi Saw hingga Nabi Saw terbangun sendiri karena kami tidak tahu apa yang sedang terjadi (yang sedang di wahyukan) kepada Nabi Saw di dalam tidurnya. Begitulah, ‘Umar bangun dan melihat keadaan mereka, dan ia adalah orang yang tegas, maka ia pun berkata, “Allahu Akbar,” dan mengeraskan suaranya dengan takbir, dan tetap mengeraskan suaranya hingga nabi Muhammad Saw terbangun karenanya. Ketika Nabi Saw terbangun,  orang-orangpun mengatakan apa yang terjadi pada mereka kepada Nabi Saw. Nabi Saw bersabda, “Tidak ada yang membahayakan (atau tidak ada yang akan membahayakan). Berangkat!”
Maka mereka semua berangkat dari tempat itu, dan setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Nabi Saw berhenti dan meminta air untuk mengerjakan wudhu. Maka mereka pun berwudhu dan dan adzan pun dikumandangkan, Nabi Saw memimpin orang-orang mengerjakan shalat. Setelah Nabi Saw menyelesaikan shalatnya ia melihat seorang lelaki duduk memisahkan diri dan tidak mengerjakan shalat bersama yang lainnya. Nabi Saw bertanya kepada orang itu, “Hai Fulan! Apa yang mencegahmu shalat bersama kami?” laki-laki itu menjawab, “Aku dalam keadaan junub dan tidak punya air.” Nabi Saw menjawab, “Bertayamumlah dengan tanah yang bersih, itu sudah cukup bagimu.” Kemudian Nabi Saw melanjutkan perjalanan dan orang-orang mengeluh kehausan. Oleh karena itu Nabi Saw turun dan memanggil seseorang (‘Auf, yang meriwayatkan hadis ini, bahwa Abu Raja’ telah menceritakan kepadanya nama orang [yang di panggil Nabi Saw] itu, tetapi ia telah lupa) dan ‘Ali, menyuruh mereka berdua pergi mencari air.  Maka mereka berdua pun pergi mencari air dan bertemu dengan seorang perempuan yang tengah duduk diatas untanya diantara dua kantung air. Mereka bertanya, “Dimana kami bisa menemukan air?” Perempuan itu menjawab, “Aku baru saja dari sana (tempat air ditemukan) pada jam ini kemarin dan orang-orangku masih ada di belakangku.” Mereka meminta kesediaan perempuan itu menemani mereka. Perempuan itu bertanya, “Kemana?” Mereka menjawab, “Menemui Rasulullah Saw” Perempuan itu berkata, “Maksudmu orang yang di panggil shabi’ (orang yang datang dengan agama baru)?” mereka menjawab, “Ya, orang yang sama. Mari.”
Mereka mempertemukan perempuan itu dengan Rasulullah Saw dan menceritakan seluruhnya apa yang telah terjadi. Nabi Saw bersabda, “Tolong bantu perempuan itu turun.” Nabi Muhammad Saw meminta sebuah belanga, kemudian Nabi Saw membuka mulut kantung-kantung air itu dan menuangkan sebagian air kedalam belanga itu. Setelah itu Nabi Saw menutup kantung air yang besar dan membuka yang lainnya, yang lebih kecil (ukurannya), kemudian orang-orang di panggil untuk minum dan memberi minum binatang tunggangannya. Maka mereka pun memberi minum binatang-binatang tunggangan mereka sendiri (minum) sampai rasa haus nya hilang dan juga memberi minum yang lainnya dan akhirnya Nabi Saw memberikan air sebelanga penuh kepada orang yang sedang junub itu dan menyuruhnya menuangkan air keseluruh tubuhnya. Perempuan itu berdiri dan memperhatikan apa yang mereka perbuat dengan air miliknya. Demi Allah, ketika kantung-kantung air milik perempuan itu dikembalikan, mereka melihat bahwa kantung-kantung air itu lebih penuh (dengan air) daripada sebelumnya. Kemudian Nabi Saw menyuruh kami semua mengumpulkan  sesuatu untuknya ; maka kurma, gandum, dan sawiq pun dikumpulkan dalam jumlah yang lebih dari cukup untuk membuat makanan yang baik dan disimpan dalam sepotong kain. Perempuan itu dibantu menaiki untanya kembali dan makanan yang di bungkus kain itu disimpan diatas pangkuannya dan Nabi Saw pun berkata kepada perempuan itu, “Kami tidak mengambil airmu tetapi Allah yang memberikannya kepada kami.” Perempuan itu pulang terlambat. Kerabatnya bertanya kepadanya, “Wahai Fulannah apa yang membuatmu terlambat?” Ia menjawab, “Sesuatu yang ajaib! Aku bertemu dengan dua orang laki-laki yang membawaku ke hadapan seseorang yang disebut shabi’ dan ia melakukan ini dan itu. Demi Allah, ia adalah ahli sihir yang terbesar diantara ini dan ini (ia menggerakkan kedua jari tengahnya dan diarahkan ke angkasa menunjuk langit dan bumi), atau benar-benar seorang Rasul Allah.”
Setelah semua peristiwa itu kaum muslim mulai menyerang (bertempur dengan) orang-orang kafir tetapi tidak pernah mengganggu kampung perempuan itu. Pada suatu hari perempuan itu berkata kepada kaumnya, “Aku kira orang-orang ini (kaum muslim) meninggalkan (tidak menggangg) kalian bukan tanpa alasan. Apakah kalian sudi memeluk Islam?” Mereka mengikuti saran perempuan itu dan mereka semua memeluk Islam. [1:340-S.A.] []

No comments:

Post a Comment